Melatih Anak Balita Belajar Mengendalikan Emosi

Oktober 14, 2019

Anak-anak memiliki emosi yang masih belum terkendali dengan baik. Anak usia balita cenderung mengungkapkan emosi dengan kemarahan. Sebagai orang tua, kita harus mampu mengarahkan anak-anak tersebut untuk belajar mengontrol emosi, sehingga mereka akan belajar, bagaimana mengelola emosi itu dengan lebih baik. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini, dibekali oleh Allah berbagai emosi. Diantaranya, rasa marah, rasa bahagia, rasa cemas, rasa sedih dan sebagainya.

Dengan semakin bertambahnya usia, maka anak-anak akan belajar bagaimana mengelola emosi tersebut dengan baik. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam melatih anak, agar mereka memiliki kecerdasan emosional yang baik. Selama masa pertumbuhan, emosi alaminya akan bercampur dengan apa yang dia lihat dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua harus pandai dalam membantu anak, mengendalikan emosinya tersebut.


Jangan membuat anak justru merasa semakin tertekan dengan sikap kita dalam menghadapi mereka yang sedang mengungkapkan emosinya. Berikan mereka ruang, agar dapat meluapkan emosi tersebut dengan bebas. Namun tetap pastikan, kita membantu mengarahkan dengan baik. Karena anak-anak usia balita, masih belum tahu, bagaimana cara mengungkapkan perasaan dengan tepat. Diperlukan trik khusus, bagaimana melatih anak-anak dalam mengendalikan emosi dengan benar dan sehat.

Mengajarkan kepada anak untuk mengendalikan emosi, dapat membantu mereka mengidentifikasi, tanda-tanda emosi seperti apa yang sedang mereka rasakan. Sehingga kita akan lebih mudah dalam membantu mereka untuk menghindari pelampiasan emosi dengan cara yang salah. Hal itu penting dilakukan, agar anak dapat mengindari ledakan emosi yang berlebihan, sehingga akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dalam hal ini, teman sebaya misalnya.

Cara Melatih Anak Mengendalikan Emosi Dengan Benar.

Berdasarkan sebuah riset, mengidentifikasi emosi adalah tahap awal dari sebuah usaha untuk mengendalikan emosi anak. Jangan sampai anak tidak mampu atau bahkan gagal dalam mengidentifiksai emosinya, sehingga hal itu akan menjadikannya gagal dalam mengontrol emosi di kemudian hari. Ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan dalam melatih anak mengendalikan emosinya, berikut adalah tips yang bisa kita coba untuk terapkan :

1   1.    Ajarkan Anak Untuk Menenangkan Diri.
Saya biasa melakukan hal ini saat balita saya mulai mengungkapkan emosi marah. Biasanya dia akan berteriak dan melakukan tindakan fisik dengan cara mencubit atau memukul. Saya akan mendiamkannya sementara waktu. Membiarkan dia mengungkapkan emosinya itu. setelah beberapa saat, barulah saya gendong atau saya pangku untuk ditenangkan. Setelah agak tenang, biasanya anak akan mulai menyadari, kalau tindakannya tadi kurang baik. 
        

      2. Ajarkan Untuk Mengungkapkan Perasaan.
Kita jangan membiarkan atau membiasakan anak untuk mengungkapkan emosi tanpa alasan. Anak-anak balita cenderung mengungkapkan emosi dengan berteriak, menjerit, melempar barang dan memukul, karena mereka belum bisa mengungukapkan emosi secara verbal. Beritahu mereka, apa yang sedang mereka rasakan saat ini. Apakah dia merasa marah, bahagia, sedih, jengkel atau cemas terhadap sesuatu atau seseorang.  Setelah mereka sudah mampu mengidentifikasi perasaannya, maka ajarkan cara mengungkapkan perasaannya tersebut lewat kata-kata. Misalnya “Ummi, aku marah karena..." atau "Aku senang karena...", dan contoh kalimat yang lain.

3. Jangan Biasakan Anak Memendam Emosi.
Saat emosi anak muncul, maka berikan ruang bagi si kecil untuk mengungkapkannya. Karena hal itu akan membuat dia lebih tenang dan nyaman setelah meluapkan emosinya. Tugas kita adalah membantu mengontrolnya dengan benar.

4   4. Berempati Kepada Anak.
Menjadi pendengar yang baik bagi anak saat mereka sedang meluapkan emosi, adalah hal yang sangat penting. Bunda harus bisa berempati kepada anak, saat mereka sedang emosi. Posisikan diri kita sebagai sahabat dan orang yang bisa dipercaya dan mampu memberikan rasa tenang kepada mereka ketika anak-anak sedang berada dalam kondisi emosi.


5.   Memberikan Pujian.
Pada saat anak-anak mengungkapkan emosi yang negatif, kita jangan ikut terpengaruh dengan perilaku anak tersebut. Dengarkan, bantu mengendalikan. Memberikan mereka pujian yang sesuai takaran, saat melakukan perbuatan yang baik, menjadi salah satu cara orang tua, untuk dapat mengendalikan emosi anak dengan baik. Demikian juga saat mereka melakukan hal yang kurang baik, kita berikan pengarahan dengan lembut, sehingga mereka akan belajar untuk memperbaikinya.

 6.   Jadilah Teladan Yang Baik Bagi Anak.
Perilaku seorang anak, adalah cerminan dari orang tuanya. Anak usia balita, akan cenderung mencontoh model yang terdekat dengan mereka. oleh karena itu, sebagai orang tua, kita juga harus belajar terlebih dahulu, bagaimana cara mengelola emosi denngan baik dan benar. Sehingga anak-anak pun akan merasa nyaman dan aman saat berada di dekat anda.

     7.   Melakukan Aktivitas Fisik Yang Positif.
Emosi anak juga dapat dilampiaskan dengan melakukan aktivitas fisik yang bermanfaat dan positif. Kita bisa mengenalkan mereka untuk menggunakan bantal atau tas sebagai media untuk melampiaskan kemarahan dan kekesalan. Bisa juga dengan mengajarkan anak menggambar atau mewarnai ketika mereka sedang bahagia atau sedih.

Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua, untuk membantu anak balita dalam mengendalikan emosinya. Tentu saja, hal tersebut haruslah yang bersifat positif dan dapat memberikan pelajaran bagi mereka. Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bermain dengan teman sebaya, juga bisa menjadi cara untuk memraktikkan bagaimana cara mengendalikan emosi.

Saat mereka bermain dengan teman sebaya, maka dia akan berinteraksi dengan berbagai macam sifat, karakter teman-temannya yang akan mangasah pengendalian emosinya. Kita jangan melarang mereka untuk marah, kesal, jengkel, tetapi imbangi semua emosi negatif tersebut dengan melatih anak-anak mengungkapkan emosi bahagia, senang sebagai penyeimbang. Sehingga mereka akan menjadi pribadi yang seimbang.


Kudus, medio Oktober 2019.


You Might Also Like

13 komentar

  1. Memang sangat penting ya mbak, melatih anak menyalurkan emosinya dengan baik. Ini masih menjadi PR buat yuni. Yah selain karena memang yuni belum punya anak sendiri. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Yuni. Belajar dari sekarang, supaya nanti bisa langsung mempraktekkan.

      Hapus
  2. Dulu cara saya adalah dengan cara memberikan kertas buram dan crayon untuk ananda menggambar sehingga emosinya terlampiaskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak saya yang balita itu juga suka mewarnai Mbak. Selain itu, dia juga suka bernyanyi dan gerak lagu. Jadi lumayan bisa jadi alih perhatian, untuk mengungkapkan emosinya.

      Hapus
  3. Melatih emosi si kecil memang perlu kesabaran ekstra ya mba'.. Tapi setujuu bbgt kalau hal ini memang penting. Emotional quotient juga tak kalah penting dari iq

    BalasHapus
    Balasan
    1. EQ juga yang akan menjadikan mereka kelak menjadi orang2 yang bisa bertanggung jawab dan tahan banting dalam kehidupannya kelak.

      Hapus
  4. Memang penting bnaget melatih mwngendalikan emosi anak ya mbak, agar kelak tumbuh kecerdasan emosinya. Suka kasian liat ortu yg menyuruh anak untuk selalu bungkam, jadi bnyak emosi anak yg terpendam. Tulisan yg bagus😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang waktunya anak2 balita banyak bicara, untuk meluapkan emosinya. Asalkan masih dalam tahap wajar, it's oke.

      Hapus
  5. Walaupun saya belum punya anak, informasi parenting tentang anak ini tetep penting buat saya. Bisa saya praktekan ke keluarga saya yang masih kecil atau anak anak lain di luar sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak, belajar itu tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga bisa memberi dampak yang positif bagi lingkungan sekitar kita.

      Hapus
    2. Setuju. Tanggung jawab parenting kan bukan cuma ke keluarga ya tapi ke lingkungan juga

      Hapus
  6. sebagai orangtua yang harus terus belajar adalah memberi teladan pada anak...sebab kadang suka marah di depan anak...dan tiba-tiba aja anak langsung meniru perilaku orangtuanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak-anak jago meniru memang. Bahkan omongan kita pun akan dikembalikan lagi ke kita, hehehe.

      Hapus