Suka Duka Belajar dari Rumah

Agustus 05, 2020


Foto : Dokumen Pribadi

Pandemi corona memberikan banyak pembelajaran dalam setiap sendi kehidupan. Hampir semua sektor kehidupan terdampak akibat pandemi ini. Para pekerja harus rela melakukan WFH (Work from Home), atau bahkan ada beberapa pekerja harus rela kehilangan mata pencahariannya. Tak terelakkan lagi, pandemi ini juga berdampak terhadap dunia pendidikan. Pemerintah memberikan himbauan kepada sekolah agar meliburkan aktivitas belajar mengajar secara total, dan sebagai gantinya diberlakukan sistem belajar dari rumah.

Awal diberlakukan sistem ini empat bulan yang lalu, para orang tua sedikit kaget dan merasa kewalahan ketika sekolah memberlakukan sistem BDR (Belajar dari Rumah) ini. Bagaimana tidak, secara mendadak mereka harus berperan ganda, sebagai orang tua dan guru bagi anak. Banyak sekali penyesuaian yang harus di lakukan, baik anak maupun orang tua selama mengikuti kegiatan belajar dari rumah ini. 

Awal kegiatan belajar dari rumah (BDR) ini diberlakukan, baik pihak sekolah maupun orang tua mempunyai harapan dan keyakinan bahwa, semua ini akan berlangsung hanya beberapa bulan saja sampai akhir tahun ajaran. Namun, takdir Allah berkata lain. Pandemi ini masih terus berlangsung hingga memasuki tahun ajaran baru. Jangan ditanya, bagaimana perasaan orang tua, guru dan anak mengahadapi kenyataan ini. Huhuhu, sedihnya.

Apalagi saya yang tahun ini memasukkan dua anak ke SD dan pesantren, karena pandemi membuat anak saya yang masuk SD hanya bisa menyapa guru dan teman barunya sekali saja saat orientasi dan sosialisasi pembelajaran dari rumah ini. setelah itu mereka bertemu dalam pembelajaran daring via handphone. Sampai anak saya bilang ke saya, untuk menyampaikan ke guru barunya, "kapan coronanya selesai, aku sudah pingin masuk sekolah", katanya dengan mimik muka yang sedih. Saya hanya menjawab, "sabar ya, sayang, sebentar lagi coronanya juga pergi kok."

Dalam melakukan pendampingan belajar dari rumah ini, pasti akan menimbulkan beragam permasalahan, suka duka dalam mendampingi anak selama masa BDR ini tentu memberikan banyak pembelajaran. 

Suka

Dengan di terapkannya sistem belajar dari rumah, di harapkan memberikan dampak positip dengan berkurangnya penyebaran virus covid-19. Selain itu hubungan antar anggota keluarga jadi semakin akrab, karena hampir setiap hari mereka berkumpul di rumah dari pagi hingga pagi kembali. Hubungan emosional antar anggota keluarga jadi semakin dekat. 

Selain itu, keluarga juga akan lebih terlindungi dari paparan virus covid-19, karena berada di rumah. Ibu juga jadi lebih kreatif dalam menyajikan menu masakan, karena adanya anjuran untuk tetap di rumah saja, maka hal itu memacu kreatifitas ibu dalam belajar memasak, untuk menyajikan ragam menu sehat bagi keluarga.

Pengawasan terhadap anak jadi lebih intensif selama belajar dari rumah, selain itu waktu belajar juga lebih fleksibel, sehingga anak bebas menentukan jam belajarnya yang penting tugas hari itu selesai dan siap laporan ke guru pengampu.

Duka

Alhamdulillah di sekolah anak saya, guru tidak memberikan tugas terlalu banyak, setiap hari hanya dua mata pelajaran dengan rentang waktu pengumpulan tugas sampai jam 17.00 bagi yang SD dan maksimal 1 minggu bagi yang SMP. Tetapi tidak dapat di pungkiri, dengan adanya sistem belajar dari rumah ini, membuat anak dan orang tua harus akrab dengan handphone setiap hari. Padahal saat sebelum pandemi, anak-anak mempunyai jadwal tersendiri untuk pegang gadget.

Namun, karena sistem belajar dari rumah ini memang mengharuskan menggunakan handphone sebagai satu-satunya alat komunikasi dalam pembelajaran, sehingga mau tidak mau anak saya yang SMP harus memegang benda pipih itu hampir seharian untuk mengerjakan tugasnya, karena ada beberapa tugas yang harus di buat video juga.

Saya bersyukur, meskipun tinggal di daerah, tetapi masih dapat mengakses internet dengan lancar. Bayangkan beberapa orang yang mungkin tinggal di daerah yang sulit mengakses internet, tentu hal ini akan menjadi kenadala dalam proses belajar dari rumah ini. Belum lagi biaya yang harus di keluarkan untuk membeli kuota dan juga camilan pendamping belajar dari rumah, karena tidak dapat di pungkiri, setelah masa BDR ini, anak-anak jadi cepat lapar saat berada di rumah, hihihi.

Bingung membagi waktu dan pikiran antara menyelesaikan pekerjaan rumah, kantor dan mendampingi anak belajar di rumah tentu menjadi salah satu duka dalam sistem BDR ini. Sebagai ibu,saya dapat merasakan bagaimana harus benar-benar mengelola emosi dengan baik, agar tidak sampai lepas kendali. Selain itu, mood anak dalam belajar juga mempengaruhi sukses tidaknya kegiatan belajar hari tersebut dan menjadi salah satu kendala dalam belajar di rumah.

Apa yang Harus dilakukan

Kita tidak tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Tidak sedikit yang sudah mulai melupakan untuk melakukan protokol kesehatan saat berada di luar rumah, namun masih banyak juga yang tetap mematuhi protokol kesehatan demi menjaga diri dan juga lingkungan sekitar. 

Kesadaran akan pentingnya menjaga diri dan lingkungan tentu membutuhkan usaha yang keras, apa yang harus dilakukan agar kita tetap bertahan 
selama masa belajar dari rumah.

Tawakal
Sebagai seorang Muslim kita di wajibkan untuk senantiasa berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan sesuatu. Setelah semua ikhtiar kita tempuh, maka langkah terakhir adalah bertawakal kepada Allah Swt. Menyerahkan semua hasil atau keputusan kepada-Nya. Sama seperti saat ini. Kita berikhtiar untuk menjaga kesehatan di masa pandemi, kita juga berharap pandemi ini segera berlalu. Namun, ada Allah yang maha tinggi dan berkuasa atas semuanya. Jadi tugas kita sekarang adalah, bertawakal dengan tidak terus berhenti melangitkan doa, agar semua ujian ini segera berakhir.

Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan dengan mengikuti prosedur protokol kesehatan yang sudah diterapkan oleh pemerintah. Selain itu kita juga harus membiasakan diri mengkonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga, dan menghindari stres demi menjaga stamina tubuh tetap fit, sehingga bisa melawan penyebaran virus covid-19, dan proses belajar dari rumah dapat berjalan dengan lancar.

Belajar Manajemen Waktu
Pandemi membuat semua sendi kehidupan berubah, termasuk bidang pendidikan. Selama masa belajar dari rumah ini, sebagai orang tua kita harus mulai belajar lagi dalam memanajemen waktu. Gunakan waktu yang kita miliki dengan lebih bijaksana. Berbagi tugas antara sebagai ibu rumah tangga dan juga guru. Apalagi bagi ibu yang bekerja, tentu harus lebih detil dalam mengatur waktu, antara menyelesaikan pekerjaan kantor, pekerjaan rumah tangga dan juga sebagai guru. Carilah formula dalam mengatur waktu ini dengan efektif dan tetap menyenangkan.

Bersabar
Setelah semua usaha kita tempuh, dan memasrahkan hasilnya kepada Allah Swt, maka langkah terakhir yang kita lakukan adalah bersabar. Bersabar ini sangat luas cakupannya. Bersabar dalam menahan diri untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, bersabar untuk mengikuti kegiatan belajar dari rumah sesuai arahan dinas setempat, dan juga termasuk bersabar dalam menahan diri untuk tidak ikut terjebak dalam kemarahan akibat situasi ini.

Pandemi ini benar-benar memberikan pembelajaran yang luar biasa bagi kita. Setiap detik waktu yang kita miliki, selalu terselip harapan agar semua ini segera berlalu. Namun, kita juga tidak boleh lupa, bahwa kehidupan akan terus berjalan dengan atau tidak adanya pandemi ini. Belajarlah untuk bersikap bijaksana dan jangan lupa terus berdoa, agar semua ujian ini segera berlalu.

Saling memberikan dukungan antar guru dan orang tua juga menjadi salah satu hal yang bisa kita lakukan, dan mampu memberikan efek postif dalam proses belajar dari rumah. Tidak ada yang di rugikan atau diuntungkan dengan BDR ini. Baik guru dan siswa, semua memiliki porsi masing-masing dalam menjalani perannya dengan baik. Kerjasama yang baik akan lebih memberikan hasil yang maskimal dalam proses belajar dari rumah ini.

Mari kita eratkan genggaman tangan kita, saling bahu membahu untuk mewujudkan sistem pendidikan yang baik dan berkualitas dengan menjalankan sistem belajar dari rumah ini dengan maksimal dan penuh keikhlasan. Hadirkan pikiran postif dalam setiap gerak kita, sehingga akan memberikan hasil yang maksimal dalam bidang pendidikan bagi anak bangsa.

Salam hangat

Ulfah Wahyu

You Might Also Like

39 komentar

  1. Adik yuni masuk SMP tahun ini. Huft, emang sih ada suka dukanya seperti yang mbak ceritakan. Kurang lebih kita sama ya mbak. HEhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mbak sepertinya semua orang tua mengalami hal yang hampir sama dalam mendampingi anak belajar di rumah.

      Hapus
  2. Adik Yuni juga sekolah dari rumah. Enaknya yuni nggak usah kerja. Jadi, bisa dampingi adik belajar. Tapi kurang lebih samalah yang kita alami. Hehehe

    BalasHapus
  3. Setuju banget dan yaaa, i Feel u mba. Masya Allah yaaa ujian kita kali ini. Semoga pandemi segera berakhir. Kita hanya bisa berdoa dan tawakkal padaNyA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, hanya itu yang bisa kita lakukan, sambil terus menata hati.

      Hapus
  4. Iyaya...kebayang yang jaringan internet sulit, makin sulit belajar dari rumah. Semoga ada solusi bagi yang jaringan internetnya engga sampai, supaya tidak tertinggal pelajarannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, semoga semua masalah yang hadir bisa teratasi.

      Hapus
  5. Bagian bersabar itu kayaknya yang paling menguras energi dan emosi ya mba.Bukan soal emosi pengen marah lo ya... kadang rasa lelah, tertekan dan lain-lain bikin kondisi dalem rumah jg nggak ngenakin. Hihi solusinya kadang aku suka ngajak anak main keluar rumah bentar, jalan kaki pinggir sawah aja gitu. Semoga pandemi ini segera berlalu, aminnnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, apalagi kalau masih usia SD kelas2 awal, harus banyak bersabar dan mengalah sama anak.

      Hapus
  6. Banya drama saat BDR ya, Mbak..tapi memang perlu tawakal dan bersabar. Pun manajemen waktu yang baik. Seperti aku, bagi tugas sama suami yang saat ini WFH lagi karena kondisi terkini di kantornya. Jadi si sulung yang kelas X SMA dipegang Bapaknya, si bungsu yang kelas VI SD saya yang dampingi. Aamiin...Aamiin...semoga semua segera membaik dan kembali seperti dulu lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah senang kalau bisa berbagai seperti itu, semoga semua doa terbaik di ijabah oleh Allah, aamiin.

      Hapus
  7. Pandemi yang tak terlupakan ya, Mbak. Semua ibu saya kira merasakan seperti yang Mbak tulis. Saya paling sibuk pas bulan April sampai akhir Juni kemarin karena anak yang di pondok harus dipulangkan. Nyantri online, deh. Sedangkan si kecil yang mau 4 tahun harus dibujuk terus agar mau di rumah dan diajak bermain sekreatif mungkin agar dia gak bosan. Secara anaknya kinestetik banget dan suka jalan-jalan.
    Iyes, sampai sekarang pun kita masih harus sabar dan tawakal, ya.
    Semangat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya itu yang bisa kita lakukan mbak dan juga belajar menata emosi.

      Hapus
  8. Iya nih banyak pernik pernik baru saat pembelajaran dari rumah seperti ini. Kami guru juga sebenarnya lebih suka dan lebih mudah mengkoordinir anak secara langsung di kelas.
    Beberapa siswa kami ada yg dinpedesaan susah sinyal. Belum lagi masalah kuota internet bagi yang tidak punya wifi.
    Betul mbak harus banyak banyak sabar dan tawakal. Semoga pandemi ini segera selesai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga mbak Dewi juga tetap semangat dalam mengajar online ya.

      Hapus
  9. Semoga anak dan ortu tetap bisa belajar dan berkarya dengan baik di rumah, ya

    BalasHapus
  10. Awal BDR saya cukup kesulitan dalam mendisiplinkan anak untuk belajar. Hal ini karena mereka menganggap sedang libur, setelah memberikan pe jelasan akhirnya mereka sekarang jadi paham tentang jadwal belajar di rumah. Tetapi ya itu saya harus selalu mendampingi sebab saat di tinggal sebentar anak-anak sudah main lagi. Makasih tipsnya, nanti mau saya coba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mbak, memang harus di dampingi secara intesnif, sekali ditinggal, bubar deh. Semangat ya mbak.

      Hapus
  11. Keponakan saya tiap SFH mukanya cemberut terus. Buku ditaruh di meja. Tangannya ditopang di dagu. Bibirnya monyong. Saya tanya kenapa, jawabnya," Bosan sekolah di rumah terus." Dia rindu ketemu teman-temannya dan bermain sepak bola, lari-lari, karate, dll. Beruntung, beban SFH tidak seberat seperti waktu berkegiatan di sekolah. Sepertinya guru-guru memperhitungkan faktor psikologis anak-anak yang juga mengalami stres kalau sekolah dari rumah. Belum lagi, orangtuanya pasti juga harus manajemen waktu mendampingi anak sekolah sekaligus WFH. Semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak kisah suka duka selama BDR ya mbak, semoga semua dimudahkan, semangat.

      Hapus
  12. Hehe benar sekali ya mbak, ada suka dan dukanya tapi tetap harus tatag menghadapinya, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, harus kuat menerima kenyataan, hehehe, semngat.

      Hapus
  13. Suka duka ini semoga jadi penyemangat dan reminder. Bersyukur untuk yg bisa. Tabah dan sabar sekaligus jadi masukan buat pemerintah sebagai pancingan solusi, dari yang sangat kesulitan.

    Semua ada hikmahnya. Semoga covid-19 ini segera berakhir ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya bisa berusaha yang terbaik untuk mendampingi anak, sembari terus berdoa semiga segera normal lagi.

      Hapus
  14. Iyes bener ya mba, ponakan saya jg lagi belajar online nih. Kadang semangat belajarnya, kadang enggak haha. Emang harus banyak sabar dan kasih pengertian biar tetep rajin sekolahnya meski online

    BalasHapus
  15. Bersabar... Dan berusaha untuk memulai hari dengan harapan lebih baik lagi. Atur pikiran agar siap menghadapi hari ini.

    BalasHapus
  16. Situasi dan kondisi sekarang ini menjadi satu episode kehidupan yang harus dilalui. Enak enggak enak musti disyukuri. Bersabar, iya pasti. Semoga Tuhan selalu memberi kesehatan serta kekuatan lahir dan batin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga tetap semangat dan dimudahkan dalam semua urusan kita ya mbak.

      Hapus
  17. Anak saya memang belum masuk umur sekolah tapi saya mendengar keluhan teman-teman dan saudara yang anaknya terpaksa harus bersekolah daring. Alhamdulillah kita semua diberi kesehatan, semoga Corona cepat usai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga tetap semangat dan dimudahkan semua urusan. Pandemi juga segera berakhir.

      Hapus
  18. Saya sungguh salut dengan para ibu yang berjuang mendampingi anandanya belajar di rumah selama pandemi ini. Mengajar itu hal yang enggak mudah, apalagi dengan kondisi serba terbatas seperti sekarang. Semoga kita semua dikuatkan ya untuk bertahan di tengah pandemi ini. Keep strong untuk para ibu yang mendampingi ananda sekolah di rumah, yosh!💪🏻

    BalasHapus
  19. Saya belum ngerasain sih mbak menemani anak belajar daring begini. Kalau lihat pantauan jagad sosmed kok menguras jiwa dan raga. Wkwkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, bisa jadi pengalaman nih, bahwa ada masa di mana sebuah pandemi bisa mengubah semua tatanan kehidupan.

      Hapus
  20. pokoknya banyak-banyak istigfar biar kuat bersabar

    BalasHapus