Review Buku Ketika Mas Gagah Pergi

Juli 14, 2020


Judul Buku : Ketika Mas Gagah Pergi
Penulis : Helvy Tiana Rosa
Penerbit : AsmaNadia Publishing House 
Cetakan : Ke-16, Desember 2015
Jumlah Halaman : 258 halaman
ISBN : 978-602-96725-3-4
Ukuran Buku : 14 cm x 20.5 cm

Buku ini saya beli secara online. Tapi saya sudah pernah membaca ceritanya ketika kuliah, jadi sudah lama sekali. Saat itu di muat di sebuah majalah islami. sebuah majalah yang berisi ragam cerita pendek islami dengan berbagai genre. Ketika membaca pertama kali, saya langsung tertarik dengan cerita yang disuguhkan. Apalagi pada saat itu awal kuliah saya belum memakai hijab.

Dengan berjalannya waktu, saya sudah tidak lagi menyimpan majalah yang memuat cerita ini. Nah, ketika saya sudah jadi Emak, tiba-tiba melihat judul buku ini nongol di salah satu toko buku online dimana saya berencana untuk membeli sejumlah novel islami di sana. Maka tanpa menunggu lagi saya langsung memasukkan buku ini dalam daftar pembelian. Tahu enggak sih rasanya, setelah buku mendarat, saya bahagia banget. Cerita yang pernah saya baca di majalah itu, sekarang sudah di bukukan.

Ternyata buku ini berisi beberapa cerita dengan judul yang berbeda, jadi seperti kumpulan cerpen gitu, dan salah satunya cerita Ketika Mas Gagah Pergi ini. Bercerita tentang hijrah dan keindahan Islam.

Sinopsis

Ketika Mas Gagah Pergi ini berada di urutan pertama judul dari buku ini. Bercerita tentang seorang laki-laki muda yang bernama  Gagah Perwira Pratama dan masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi tingkat akhir jurusan teknik sipil. Mas Gagah adalah sosok yang ganteng, cerdas, periang. Selain sebagai mahasiswa, Mas Gagah juga mengajar privat matematika anak SMP dan SMA, menjadi senpai di sebuah klub karate dan menjadi model majalah.

Dia memiliki seorang adik perempuan satu-satunya yang juga cantik dan cerdas, yang masih duduk di bangku SMA kelas dua, yang bernama Gita Ayu Pratiwi. Hubungan mereka sangat dekat. Mas Gagah adalah sosok kakak yang penyayang dan melindungi terhadap adiknya. Hari-hari mereka dilewati dengan keceriaan dan saling menyayangi. Mas Gagah yang cukup populer, membuat dia banyak di sukai oleh banyak orang karena sifatnya yang baik, ramah dan suka menolong.

Mereka kerap menghabiskan waktu berdua untuk nonton atau sekedar jalan-jalan. Namun, setelah kepulangan Mas Gagah dari Ternate, tempat dia melaksanakan penelitian untuk skripsinya, ada yang berubah dalam diri mas Gagah. Dia tidak lagi suka diajak jalan, salatnya lebih rajin dan tepat waktu, berjama'ah di masjid, rajin tilawah dan penampilannya juga lebih kalem dengan baju koko dan celana longgar. 

Mas Gagah sudah hijrah, begitulah yang terjadi, setelah dia mengaji pada seorang Ustaz yang ditemuinya di Ternate. Cahaya Islam sudah jauh masuk ke dalam dirinya, sehingga dia memutuskan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Semua perubahan itu membuat Gita kesal. Tapi Mas Gagah tidak pernah bosan untuk terus menasehati adik dan keluarganya agar lebih dekat lagi dalam mengenal islam. Hingga di suatu hari, sebuah peristiwa membuat Gita harus kehilangan sang kakak tercinta dengan cara yang tidak disangka-sangka. Apakah akhirnya Gita bisa menjadi sosok muslimah yang baik sesuai dengan harapan mas Gagah? Lalu peristiwa tragis apakah yang menimpa Mas Gagah sehingga membuat Gita terpukul? 


Kelebihan Buku

Cerita Mas Gagah di tulis dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Setiap dialog yang di sajikan sangat mengalir, sehingga membuat pembaca seolah berada dan merasakan peristiwa yang terjadi. Tokohnya juga tidak terlalu banyak, jadi lebih fokus ceritanya. 

Meskipun cerita ini di tulis tahun 1992, tetapi masih sangat up to date di era milenial ini. Buku ini cocok di baca oleh anak usia remaja hingga dewasa. Memberikan banyak pelajaran tentang kasih sayang dalam keluarga, dengan sahabat dan dan juga dakwah dengan cara yang halus dan penuh kasih sayang.

Kekurangan Buku

Selama membaca cerita ini, saya nyaris tidak menemukan kekurangannya. Salut untuk penulis cerita Helvy Tiana Rosa yang sudah berhasil membuat cerita dengan alur yang sangat apik ini.

Oh ya, cerita ini juga sudah di filmkan ya, dan sudah tayang di bioskop sejak tahun 2016 lalu, tapi saya belum berkesempatan menontonnya. Hanya melihat trailernya saja di media sosial, hiks. Tapi sejauh ini saya sudah merasa senang bisa membaca bukunya yang juga sukses membuat mata saya tidak berhenti menitikan air mata, hehehe. 

Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan membaca buku ini. Seperti yang saya sampaikan tadi kalau buku ini berisi 14 judul cerita yang menarik dan menginspirasi serta sarat akan pesan moral. Bagi kamu yang penasaran dengan ending dari cerita ini, langsung aja deh meluncur ke toko buku kesayangan atau pesan online seperti saya. Selamat membaca.

Salam hangat

Ulfah Wahyu

You Might Also Like

28 komentar

  1. Cerita-cerita bunda Helvy sama bunda Asma itu bener-bener menemani masa remajaku. Dulu, selain pernah baca di majalah Annida. Juga suka beli kumcer yang di FLP.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti kita seumuran ya mbak. Majalah Annida selalu menjadi teman setia di kala santai di kos.

      Hapus
  2. Beberapa kali lihat buku ini. Mau baca kok masih maju mundur cantik.

    Ketika udah tahu reviewnya begini kan jadi enak. Jadi punya sedikit pemahaman ini buku tentang apa.

    ��

    BalasHapus
  3. Sedih ya kisahnya? Nanti aku jadi sedih, karena kakak sulungku juga pergi selamanya waktu aku masih SD...hiks...Tapi kumpulan cerpen ya...Pasti ada kisah-kisah lain yg menarik...Trims reviewnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, bikin sedih, tapi banyak hikmah yang bisa dipetik dari cerita ini.

      Hapus
  4. Ketika Mas Gagah Pergi...dulu aku juga baca cerbungnya Mbak..di Ummi kalau ga salah ya...Duh jadi kangen baca lagi. Apalgi kalau dalam bentuk buku kumcer ya.
    Suka dengan ceritanya, pesan moralnya dapet banget tanpa berkesan menggurui. Memang Bunda Helvy keren kalau nulis ya...
    Jadi pengin baca versi buku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, bagus ceritanya. Tidak lekang oleh waktu ini ceritanya.

      Hapus
  5. Memang keren banget ya bunda Helvy Tiana Rosa kalau menulis cerita.

    BalasHapus
  6. Aduh jadi teringat masa lalu ini saat anak FLP lagi seru serunya bahas cerpen dan novel karya Bunda Helvy, termasuk cerpen Ketika Mas Gagah Pergi ini. Seluruh ceritanya memang bagus ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya mbak, dulu tuh sampai ada majalahnya yang berisi cerpen2 anggota FLP.

      Hapus
  7. Kayanya bagus ceritanya. Jadi pengen tahu akhir kisah Mas Gagah ini. Insya Allah makin istiqomah ya habis baca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah banyak hikmah yang bisa kita ambil dari cerita ini mbak.

      Hapus
  8. Oalah... ini ada bukunya to. Saya tahunya filmnya, walau belum nonton juga sih. Kelihatannya ceritanya ringan tapi penuh hikmah ya... jadi penasaran pingin baca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah nonton ya mbak, saya malah belum hehehe.

      Hapus
  9. Oh, pantesan kok familiar dengan judul buku ini, ternyata memang sudah difilmkan ya. Ini ceritanya sedih ya, Mbak? Kok Mas Gagahnya pergi. Harus baca bukunya deh biar tahu kisah lengkapnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, yuk di baca, bisa beli di toko buku kesayangan atau online.

      Hapus
  10. Pernah baca juga di majalah Annida waktu kuliah.. kayaknya kita seumuran ya. He he..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya seumuran kalau tahu majalah Annida, hihi.

      Hapus
  11. Buku ini sudah lama sekali saya baca. Memang sarat makna. Tapi jujur, endingnya ngerusak mood. Kurang suka dengan akhir yang gak happy.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Relatif ya mbak, memang kadang terkesan tidak sesuai kenyataan kalau endingnya happy.

      Hapus
  12. Tau buku ini pas aku masih SD deh kalo gak salah, soalnya kakakku seneng banget baca novel. Sekarang masih eksis aja ya mbak novel yang satu ini.

    BalasHapus
  13. Aku sampai sekarang belum nonton filmnya atau baca bukunya. Penasaran banget padahal isinya kaya apa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk mbak, pilih salah satu, bagus ini ceritanya.

      Hapus
  14. Masyaallah Mbak Ulfah,, sy juga baca novel Ketika Mas Gagah Pergi ini dulu pas masih kuliah, sampe berlinang air mata sesenggukkan sed..dihh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seumuran kita mbak, hehe. Saya juga baca waktu kuliah, setelah ada bukunya jadi tertarik beli.

      Hapus