Assalammualaikum, Pembaca.
Alhamdulillah buku antologi
pertama saya dengan judul Sepenggal Kisah Anak Mondok sudah terbit. Buku dengan
tebal 186 halaman ini diterbitkan oleh CV Elfa Mediatama, Cikarang Baru, Jawa
Barat. Dengan ukuran 14x20cm. Dicetak pada bulan Juli 2019. Dengan pilihan
warna cover hijau tosca, yang menurut saya sangat menarik. Buku ini berisi 22
kisah inspiratif dari 22 orang penulis yang hebat dan luar biasa. Para Ibu ini
bercerita tentang pengalaman mereka saat ditinggal mondok anaknya. Penuh haru
dan semangat.
Sinopsis Buku.
Hidup adalah sebuah pilihan.
Semua orang tua pasti mempunyai harapan yang terbaik buat anak mereka. Termasuk
salah satunya adalah memasukkan anak ke pondok pesantren. Sebuah pilihan yang
tidak mudah tentunya, rela melepaskan buah hati tercinta untuk jauh dari kita,
demi sebuah cita-cita yang mulia.
Belajar di pondok pesantren
adalah sebuah pilihan yang berat. Banyak anak yang menolak untuk masuk ke sana,
namun tidak sedikit pula yang dengan kesadaran dan permintaan sendiri, memilih
untuk melanjutkan sekolah di pondok pesantren. Bekal dunia akhirat yang tidak
akan dapat kita bandingkan dengan harta maupun benda berharga lainnya di dunia
ini.
Bersyukurlah, jika anak-anak
yang menjadi amanah kita bersedia untuk menuntut ilmu dan dengan ikhlas tinggal
di pondok pesantren. Akan tetapi, tidak menjadi soal jika kemudian ada anak
yang belum berkenan untuk belajar dan tinggal di pondok, karena apa yang saat
ini dijalani oleh anak-anak kita, adalah yang terbaik atas kehendak Allah.
Buku antologi Sepenggal
Kisah Anak Mondok ini, berisi curahan hati para orang tua, khususnya Ibu dalam
mengantarkan putra-putri mereka mondok. Banyak kisah haru yang menjadi cerita
saat pertama kali mengantarkan anak masuk pondok, bagaimana menahan deraian air
mata agar tidak terjatuh saat dihadapan mereka dan berusaha untuk tetap tegar,
walaupun sebenarnya hati teriris-iris.
Ada diantara mereka yang
langsung bisa beradaptasi, ada yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk
dapat menerima suasana baru tersebut. Atau bahkan ada yang akhirnya merasa
tidak kuat dan memutuskan untuk pindah ke sekolah lain. Ada rengekan-rengekan
dari beberapa anak yang merasa tidak betah setelah tinggal beberapa bulan di
pondok. Namun, dengan penuh kesabaran dan doa yang tiada henti dari para orang
tua, akhirnya semua kesulitan itu dapat terlewati.
Ada juga kisah anak yang
dengan kesadaran diri sendiri meminta untuk mondok, tanpa disuruh oleh orang
tuanya. Sungguh menyentuh hati. Bahkan ada juga yang sudah mondok sejak usia
SD, dengan alasan kehidupan di luar yang tidak kondusif, sehingga khawatir akan
berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak.
Melepas anak ke pondok,
tidaklah hanya menjadi beban seorang anak, akan tetapi para orang tua juga
merasakan hal sama. Anak yang mondok berusaha untuk memenuhi harapan orang tua
mereka agar menjadi anak-anak yang saleh dan saleha. Sementara orang tua dengan
bekal doa dan ikhtiar yang tiada pernah putus, memohon kepada Allah SWT agar
memberikan ketetapan dan kemantapan hati kepada buah hati mereka selama tinggal
di pondok.
Banyak Orang tua memilih
memasukkan anak mereka ke pondok pesantren, dengan berbagai alasan, diantaranya
adalah agar amanah Allah itu memiliki fondasi keimanan yang kuat dan akhlak
yang baik. Selain itu, bersekolah di pondok bekal ilmu agama yang mereka dapatkan
lebih lengkap.
Semua itu membutuhkan proses
yang tidak sebentar. Proses untuk menjadi anak-anak yang saleh dan saleha,
menjadi anak yang disiplin, taat pada peraturan dan senantiasa berpegang teguh
kepada AL Quran dan sunnah. Setiap proses yang mereka lalui tidaklah mudah.
Akan ada banyak rintangan dan halangan yang siap menghadang. Namun, dengan
keyakinan dan ketetapan hati, maka Allah akan senantiasa memberikan
petunjukk-Nya.
Dimanapun mereka mondok,
jauh atau dekat pondok mereka bukanlah menjadi masalah. Yang terpenting adalah,
kita sebagai orang tua dan anak dapat ikhlas menerima semua itu dan
bersungguh-sungguh dalam menjalaninya, maka insya Allah, Allah akan memberikan
hasil yang terbaik bagi anak dan orang tua.
Kekurangan Buku.
Satu kekurangan dari buku
ini menurut saya adalah, pilihan gambar cover yang kurang menyentuh dengan judulnya.
Kalau anak saya bilang, “itu bukan anak mau mondok, tapi pergi wisata. Kan
senyum, sambil dada-dada, bawa koper.” Hehehe, tetapi secara keseluruhan Buku
ini sangat bagus dan inspiratif, cocok dibaca oleh orang tua dan anak,
bahasanya sangat ringan dan mudah dipahami.
Kudus, akhir Agustus 2019.