Review Buku Antologi Sepenggal Kisah Anak Mondok.

Agustus 27, 2019


Assalammualaikum, Pembaca.
Alhamdulillah buku antologi pertama saya dengan judul Sepenggal Kisah Anak Mondok sudah terbit. Buku dengan tebal 186 halaman ini diterbitkan oleh CV Elfa Mediatama, Cikarang Baru, Jawa Barat. Dengan ukuran 14x20cm. Dicetak pada bulan Juli 2019. Dengan pilihan warna cover hijau tosca, yang menurut saya sangat menarik. Buku ini berisi 22 kisah inspiratif dari 22 orang penulis yang hebat dan luar biasa. Para Ibu ini bercerita tentang pengalaman mereka saat ditinggal mondok anaknya. Penuh haru dan semangat.


Sinopsis Buku.
Hidup adalah sebuah pilihan. Semua orang tua pasti mempunyai harapan yang terbaik buat anak mereka. Termasuk salah satunya adalah memasukkan anak ke pondok pesantren. Sebuah pilihan yang tidak mudah tentunya, rela melepaskan buah hati tercinta untuk jauh dari kita, demi sebuah cita-cita yang mulia.

Belajar di pondok pesantren adalah sebuah pilihan yang berat. Banyak anak yang menolak untuk masuk ke sana, namun tidak sedikit pula yang dengan kesadaran dan permintaan sendiri, memilih untuk melanjutkan sekolah di pondok pesantren. Bekal dunia akhirat yang tidak akan dapat kita bandingkan dengan harta maupun benda berharga lainnya di dunia ini.

Bersyukurlah, jika anak-anak yang menjadi amanah kita bersedia untuk menuntut ilmu dan dengan ikhlas tinggal di pondok pesantren. Akan tetapi, tidak menjadi soal jika kemudian ada anak yang belum berkenan untuk belajar dan tinggal di pondok, karena apa yang saat ini dijalani oleh anak-anak kita, adalah yang terbaik atas kehendak Allah.


Buku antologi Sepenggal Kisah Anak Mondok ini, berisi curahan hati para orang tua, khususnya Ibu dalam mengantarkan putra-putri mereka mondok. Banyak kisah haru yang menjadi cerita saat pertama kali mengantarkan anak masuk pondok, bagaimana menahan deraian air mata agar tidak terjatuh saat dihadapan mereka dan berusaha untuk tetap tegar, walaupun sebenarnya hati teriris-iris.

Ada diantara mereka yang langsung bisa beradaptasi, ada yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk dapat menerima suasana baru tersebut. Atau bahkan ada yang akhirnya merasa tidak kuat dan memutuskan untuk pindah ke sekolah lain. Ada rengekan-rengekan dari beberapa anak yang merasa tidak betah setelah tinggal beberapa bulan di pondok. Namun, dengan penuh kesabaran dan doa yang tiada henti dari para orang tua, akhirnya semua kesulitan itu dapat terlewati.

Ada juga kisah anak yang dengan kesadaran diri sendiri meminta untuk mondok, tanpa disuruh oleh orang tuanya. Sungguh menyentuh hati. Bahkan ada juga yang sudah mondok sejak usia SD, dengan alasan kehidupan di luar yang tidak kondusif, sehingga khawatir akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak.

Melepas anak ke pondok, tidaklah hanya menjadi beban seorang anak, akan tetapi para orang tua juga merasakan hal sama. Anak yang mondok berusaha untuk memenuhi harapan orang tua mereka agar menjadi anak-anak yang saleh dan saleha. Sementara orang tua dengan bekal doa dan ikhtiar yang tiada pernah putus, memohon kepada Allah SWT agar memberikan ketetapan dan kemantapan hati kepada buah hati mereka selama tinggal di pondok.


Banyak Orang tua memilih memasukkan anak mereka ke pondok pesantren, dengan berbagai alasan, diantaranya adalah agar amanah Allah itu memiliki fondasi keimanan yang kuat dan akhlak yang baik. Selain itu, bersekolah di pondok bekal ilmu agama yang mereka dapatkan lebih lengkap.

Semua itu membutuhkan proses yang tidak sebentar. Proses untuk menjadi anak-anak yang saleh dan saleha, menjadi anak yang disiplin, taat pada peraturan dan senantiasa berpegang teguh kepada AL Quran dan sunnah. Setiap proses yang mereka lalui tidaklah mudah. Akan ada banyak rintangan dan halangan yang siap menghadang. Namun, dengan keyakinan dan ketetapan hati, maka Allah akan senantiasa memberikan petunjukk-Nya.

Dimanapun mereka mondok, jauh atau dekat pondok mereka bukanlah menjadi masalah. Yang terpenting adalah, kita sebagai orang tua dan anak dapat ikhlas menerima semua itu dan bersungguh-sungguh dalam menjalaninya, maka insya Allah, Allah akan memberikan hasil yang terbaik bagi anak dan orang tua.

Kekurangan Buku.

Satu kekurangan dari buku ini menurut saya adalah, pilihan gambar cover yang kurang menyentuh dengan judulnya. Kalau anak saya bilang, “itu bukan anak mau mondok, tapi pergi wisata. Kan senyum, sambil dada-dada, bawa koper.” Hehehe, tetapi secara keseluruhan Buku ini sangat bagus dan inspiratif, cocok dibaca oleh orang tua dan anak, bahasanya sangat ringan dan mudah dipahami.

Kudus, akhir Agustus 2019.


You Might Also Like

15 komentar

  1. Hihi ... iya ada benernya juga celoteh anaknya mba. Dari cover kurang mencerminkan mondoknya ya. Tapi bisa saling menguatkan ortu lain juga mungkin cerita di dalamnya. Jadi penasaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, kita para ortu biasa saling sharing tentang anak2 selama di pondok. Saling menguatkan satu sama lain. Terima kasih sudah mampir ya.

      Hapus
  2. Beruntung ya punya anak yang mau belajar di pondok, pasti orangtuanya bangga banget.

    Anakmu keren, mbak hihihi covernya emang kurang menandakan perjuangan 🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Mbak, semua atas izin Allah. Makasih sudah mampir ya.

      Hapus
  3. Melepas anak mondok itu perjuangan banget pastinya buat ortu ya. Anaknya juga belajar mandiri dalam arti sebenarnya.

    BalasHapus
  4. Dimana-mana perasaan para orang tua selalu sama ya, selalu khawatir dan belum yakin dengan kemampuan si anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada memang Mbak yang dengan kemauan sendiri minta mondok. Yang penting anaknya merasa nyaman, kita orang tua juga akhirnya tenang. Makasih sudah mampir.

      Hapus
  5. Pasti banyak cerita haru ya mba saat melepas anak untuk mondok di pesantren. Hebat anaknya sudah mandiri mau mondok di pesantren, saya masih maju mundur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat Mbak, insya Allah kalau kita sudah yakin akan dimudahkan jalannya. Makasih sudah mampir ya.

      Hapus
  6. Yuni pernah mengalami mondok. Awal - awal mondok tuh nggak kerasan. Hiks.. Hiks

    BalasHapus
  7. Wah hebat ya Mbak Yuni. Mondok memang berat awalnya. Tetapi setelah dijalani, insya Allah jadi kerasan. Sukses ya buat Mbak, makasih sudah mampir.

    BalasHapus
  8. Hehe bener juga ya mbak, Karena biasanya anak mondok jarang banget yang bawa koper. Hihihii
    Tapi terlepas dari persoalan koper, anak saya juga rencananya mau mondok di usia 10/11. Semoga lancer.

    Btw, bukunya oke juga nih buat menambah wawasan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga diberikan kemudahan buat anaknya yang mau mondok ya Mbak.

      Hapus
  9. Wah... Bagus banget kayaknya ini buku, aku ingin memilikinya.... Ini taun kedua saya Mondokin anak. Jd dua anak saya Mondok tapi tetap saja me low and galau... Hiks hiks

    BalasHapus