Mengelola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Pendidikan di Era New Normal

September 09, 2021


Memasuki masa new normal, dimana sebagaian besar kegiatan masyarakat sudah mulai pulih dan berjalan kembali, termasuk di dalamnya adalah dunia pendidikan. Di kota tempat tinggal saya sudah masuk kategori PPKM level 2, sehingga pemerintah daerah mengizinkan diberlakukannya pembelajaran tatap muka terbatas dengan kapasitas 50 persen terhitung pertengahan Agustus lalu.

Anak-anak sudah bisa merasakan bersekolah di sekolah dan memakai seragam. tentu hal ini menjadi salah satu berita yang menyenangkan bagi para orangtua. Kami tetap menjalankan dan mentaati protokol kesehatan selama beraktifitas di luar rumah. Selama pandemi hampir satu setengah tahun ini, banyak sekali hikmah yang kami dapatkan, terutama dalam hal komunikasi antara orang tua dan anak selama menjalani kegiatan belajar mengajar.

Komunikasi adalah salah satu hal yang paling penting dalam sebuah hubungan, termasuk hubungan antara orangtua dan anak. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga

Komunikasi adalah proses menyampaikan atau berbagi informasi, pikiran, dan perasaan melalui tulisan, atau bahasa tubuh.

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya, keinginan inilah yang akan membentuk sebuiah pola asuh yang akan ditanamkan kepada anak-anak. Salah satu pola asuh yang bisa diterapkan adalah positive parenting atau pengasuhan yang positif.

Dalam sebuah acara webinar parenting yang diselenggarakan oleh komite sekolah anak saya, dengan pembicara dr. Aisyah Dahlan, CHt, CM, NNLP, membahas tentang mengelola komunikasi orangtua dan anak dalam pendidikan di era new normal. Bu Aisyah memberikan penekanan pentingnya orang tua menerapkan pola  Pengasuhan yang positif. 

Menurut beliau pengasuhan yang positif ini mengedepankan rasa kasih sayang terhadap anak, bukan dengan kekerasan. Dalam pola asuh ini orangtua bisa menjadi tempat bercerita bagi anak. Dengan begitu anak akan menjadi tidak takut mengutarakan keinginannya kepada orang tua dan permasalahannya.

Jika orangtua membangun komunikasi positif ini sejak awal, maka anak menjadi pribadi yang memiliki pikiran postif dan tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan luar yang negatif. 

Namun sebaliknya, menurut Ibu Aisyah Dahlan jika orang tua memiliki tabiat yang keras, berhati kasar maka akan menimbulkan hyper parenting dan toxic parents. Berlebihan dalam menerapkan pola asuh yang negatif, sehingga anak akan  merasa tidak nyaman dan tertekan.

Pada dasarnya anak adalah peniru ulung. Para Ilmuwan melakukan sebuah penelitian dengan menguraikan kaitan antara otak dan perilaku fisik, maka mereka mencari sel-sel dalam otak, dan menemukan sejenis neuron dalam otak yang secara teoritis dapat dikatakan sebagai penyebab utama mengapa seseorang bisa belajar dengan mengamati orang lain.

Mereka menyebut jenis sel ini sebagai miror neuron atau neuron cermin. Neuron ini terdapat kurang lebih 30% dalam otak manusia, dan neuron cermin ini sudah aktif sejak bayi dengan bercermin pada contoh di depannya. Oleh karena itulah mengapa anak akan mudah sekali mengingat dan meniru sesuatu hal yang berada di sekitarnya.

Emosi Dasar Manusia

Manusia memiliki empat emosi dasar yang sangat berpengaruh terhadap perilaku mereka, berikut yang termasuk didalamnya

Emosi Senang

Emosi senang ini terdiri dari rasa bahagia, riang, gembira,cinta, kagum, damai, syukur, dan takjub.

Emosi Sedih

Emosi sedih terdiri dari duka, kecewa, hampa, malu, galau, puitus asa, lara, dan pilu.

Emosi Takut

Emosi takut terdiri dari cemas, khawatir, gelisah, ngeri, cemburu, ragu-ragu.

Emosi Marah

Emosi marah terdiri dari kesal, jengkel, jijik, geram, benci, dan dendam.

Ketika anak dapat mengelola emosi dengan baik, maka mereka akan merasa nyaman dan hal itu tentu akan berpengaruh terhadap perilaku mereka. Lalu bagaimana cara agar anak dapat mengelola emosinya dengan baik? Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah mendengarkan dan memahami. Ya dua kata itu menjadi kunci agar komunikasi orangtua dengan anak dapat berjalan dengan lancar.

Ungkapan-ungkapan yang memberikan dukungan dan penerimaan terhadap luapan emosi anak, akan membuat mereka belajar mengakui dan menerima kondisi emosinya saat itu. Orangtua dapat menghindari beberapa gaya populer komunikasi yang bisa menimbulkan ketidaknyamanan terhadap anak, berikut di antaranya

  • Memerintah
  • Menyalahkan 
  • Meremehkan
  • Membandingkan
  • Melabeli
  • Mengancam
  • Menyudutkan
  • Menyindir
Ungkapan-ungkapan negatif di atas dapat melukai harga diri anak. Sebagai orangtua kita juga harus memahami bagaimana cara berkomunikasi dengan anak laki-laki dan perempuan, karena mereka memiliki gaya komunikasi yang berbeda.

Menurut Ibu Aisyah, seorang Ibu itu lebih cenderung banyak bicara secara verbal dengan anak-anaknya, sementara Ayah cenderung lebih suka sedikit bicara, berkata singkat dan langsung pada intinya. Jadi orangtua juga dapat menerapkan teori ini ketika berkomunikasi dengan anak laki-laki dan perempuan, sesuaikan dengan gender mereka dan terapkan pola komunikasi efektif sehingga tercapai apa yang diinginkan. 

Gaya komunikasi untuk Anak Perempuan dan Laki-Laki

✔ Saat berbicara dengan anak perempuan, lakukan dengan kontak mata, sedangkan saat berbicara dengan anak laki-laki hindari kontak mata, karena laki-laki kurang menyukai kontak mata.

✔ Anak perempuan tidak menyimpan masalah seperti otak laki-laki. Masalah bagi perempuan akan terus berputar-putar di dalam kepalanya. Satu-satunya cara bagi perempuan untuk melepaskan masalah dari kepalanya adalah membicarakan masalah tersebut untuk mengungkapkannya. Sementara anak laki-laki, mereka curhat tanpa suara dengan diri mereka sendiri di dalam kepalanya.

Setelah orangtua memahami perbedaan dalam berkomunisai dengan anak laki-laki dan perempuan, maka diharapkan tidak ada lagi kesalahan dalam berkomunikasi, sehingga apa yang menjadi tujuan orangtua dapat tercapai. Anak juga dapat menerima dengan lapang hati dan sikap yang positif.

Terakhir, hal yang paling penting menurut Ibu Aisyah dalam menerapkan pola pengasuhan yang positif ini adalah doa. Doa orangtua yang tulus dan ikhlas. Doakan mereka tanpa kenal lelah, ungkapkan dengan lisan bahwa kita sebagai orangtua memafkan mereka dan mohonkan ampunan kepada Allah SWT, agar Allah SWT selalu rida terhadap anak-anak kita. 

Mengelola komunikasi orangtua dan anak menjadi kunci dalam pola pengasuhan anak, agar terjalin komunikasi yang positif di antara keduanya. Semoga kita termasuk orangtua yang terus belajar dan berusaha membenahi diri demi terjalinnya hubungan yanng harmonis dengan anak dan menjadi salah satu jalan bagi kesuksesan mereka di dunia dan akhirat. 

Salam hangat

Ulfah Wahyu

You Might Also Like

38 komentar

  1. Setuju banget mbak. Komunikasi yang baik dan juga sehat adalah kunci dari suksesnya pola pengasuhan kita kepada anak-anak. Terimakasih remindernya. karena untuk saat ini saya sedang belajar untuk jadi orangtua yang menyenangkan bagi anak-anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, karena komunikasi adalah gerbang dalam pengasuhan

      Hapus
  2. Mengelola komunikasi orangtua dan anak terlebih masa pandemi yang semuanya sistem online belajarnya itu ekstra sabar banget yaa mam, saya pun bener-bener harus lebih semangat ikutan belajar tiap hari. Cara komunikasi dengan anak agar semangat belajar pun berbeda ya antara laki-laki dan perempuan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bund ada cara berbeda dalam berkomunikasi sesuai gender agar lebih efektif

      Hapus
  3. Lengkap sekali ulasannya. Terima kasih, Mbak
    Makin fokus ke bagaimana mengelola komunikasi orangtua dan anak dalam pendidikan di era new normal. Dulu waktu anak masih SD, di sekolah ada webinar bersama Bu Aisyah Dahlan seputar pengasuhan.Ini bahasannya lebih lengkap lagi, utamanya memberikan penekanan pentingnya orang tua menerapkan pola pengasuhan yang positif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini fokus ke pola pengasuhan melalui komunikasi sesuai gender ya mbak. Saya juga baru berusaha menerapkannya.

      Hapus
  4. Kalau berbicara dgn anak laki laki itu kadang harus hati hati ya. Justru menurut sya anak laki laki cendrung lebih sensitif kali ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, emosi mereka cenderung cepat naik apalagi yang berkaitan dengan lingkungan pertemanan.

      Hapus
  5. Jadi tahu tips berkomunikasi dengan anak laki-laki dan anak perempuan. Saya coba praktikkan. Terimakasih ulasannya ya Mbak...

    BalasHapus
  6. Saya jadi paham sekarang apa yang dipikirkan anak laki-laki dan perempuan. Makasih sharingnya, Mbak. Do'a yang terpenting juga yaa. Semangat ibuk-ibuk..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi lebih bisa menyelami pikiran mereka ya mbak, sayapun sedang berusaha praktek.

      Hapus
  7. aduh terima kasih banget pencerahannya lewat postingan blog ini.. punya anak perempuan dan laki-laki memang punya trik tersendiri, baik di bagian komunikasi maupun pengasuhan lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, saya juga banyak belajar tentang pengasuhan beda gender ini.

      Hapus
  8. Buat saya, pengasuhan positif masih pe er besar meskipun saya sudah menyadari sepenuhnya, penting banget bagi anak bisa mengelola emosinya dengan baik. Makasih sharing-nya, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua membtuhkan proses ya mbak, tapi insya Allah akan ada masanya anak bisa sepemahaman dengan ortu kalau komunikasi yang terjalin lancar.

      Hapus
  9. Validasi emosi memang penting banget mom, untuk melatih anak memahami dirinya ya. Dan jangan sampai kita terjebak dengan komunikasi yang tidak efektif seperti menyindir dkk. Hasilnya malah negatif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mbak, saya merasa sesak jika tanpa sadar terjebak dengan kata2 negatif seperti ini.

      Hapus
  10. komite sekolahnya keren deh bisa ngundah bu aisyah dahlan. ternyata anak laki-laki memang tidak suka kontak mata ya bun, alasannya apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena anak laki2 tidak suka kalau di cecar ya mbak, kalau anak perempuan kan sukanya memang diperhatikan.

      Hapus
  11. Terima kasih sudah berbagi, Mbak. Saya suka banget sama bu Aisyah Dahlan. Mirip dengan bu Elly Risman cara berbagi ilmu parenting. Setuju banget dengan doa supaya Allah ridho. Ini yang harus selalu dilakukan orang tua, nggak boleh putus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, karena doa orangtua pasti mustajab, dan kekuatan doa sungguh luar biasa.

      Hapus
  12. Iya nih...penting sekali mengenalkan berbagai jenis emosi pada anak.
    Dan mengenal karakter anak agar kita sebagai orangtua bisa dengan mudah mengisi tangki-tangki cinta mereka yaa..
    Aku suka sekali dengan tulisannya, kak..

    BalasHapus
  13. Ternyata cara berkomunikasi dan memecahkan masalah antara anak laki-laki dan perempuan itu berbeda ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak beda ternyata, saya juga masih terus berusaha menerapkan komunikasi yang Efektif sesuai gender

      Hapus
  14. Nice, dapat ilmu baru ternyata beda ya cara komunikasi untuk anak cewek dan anak cowok. noted buat nnt klu sdh punya anak

    BalasHapus
  15. Senangnya disana sudah boleh belajar tatap Muka ya mbak? Di Balikpapan Karena masih level 4 masih diberlakukan ppkm ini entah sampai kapan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak alhamdulillah, semoga kondisi di Balikpapan juga segera membaik ya

      Hapus
  16. Saya sampai saat ini masih terus belajar menjalin komunitas dengan anak laki-laki saya yang beranjak remaja, ada ketakutan bila nasehat saya bisa melukai perasaannya sebab dia dalam masa transisi dari anak-anak menuju remaja

    BalasHapus
  17. Semakin ke sini, insyaallah tema-tema positif parenting lebih mudah diakses dan (semoga) dipraktikkan juga. Menjadi orang tua memang pekerjaan seumur hidup ya, Mbak. Komunikasi adalah kunci. Pola pengasuhan negatif sungguh bisa meninggalkan luka pada anak sampai dewasa.
    Setuju nih tentang cara komunikasi yang berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan karena (Alhamdulillah) saya punya buah hati perempuan dan laki-laki. Terima kasih atas infonya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak saya juga punya anak laki2 dan perempuan, dan ternyata memang beda dalam memperlakukan mereka, termasuk dalam hal komunikasi

      Hapus
  18. Seakan nemu harta karun dari membaca tulisan Mbak Ulfa. Komunikasi masih jadi PR dan latihan panjang untuk kami dengan balita. Anak sedang ada di masa sedikit ngeyel alias mempertahankan pendapatnya. Hehe

    Terima kasih sharing ilmunya yaa Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau usia balita memang banyak ngeyelnya mbak. Tapi saya ber pendapat kalau masih balita biarkan dia mengesplor dunianya sampai puas, nanti ada masanya anak akan bosan dan bisa menerima nasihat.

      Hapus
  19. Sekarang ilmu parenting makin lengkap dan dishare di mana-mana, sehingga bisa tambah pengetahuan. Walaupun anak-anak saya sudah dewasa, masih tetap harus upgrade ttg komunikasi ke anak nih. Biar gimana juga, beda zaman...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah banyak pengalaman ya Bunda dalam mendidik anak. Mungkin sekarang ganti berkomunikasi dengan cucu2nya

      Hapus