Orang Tua Stop Lakukan 7 Hal ini Dapat Melukai Harga Diri Anak

Februari 02, 2021


Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dengan bahagia dan percaya diri. Namun terkadang, tanpa disadari sebagai orang tua kita melakukan hal yang dapat menurunkan rasa percaya diri anak atau bahkan membuat mereka menjadi pribadi yang menarik diri dari pergaulan, karena tanpa sadar orang tua telah melukai harga diri anak.

Anak-anak akan mengingat setiap perilaku yang mereka terima dari orang tua, baik itu yang positif maupun negatif. Jika itu perilaku yang positif, maka bersyukurlah kita, karena anak akan selalu mengenang perilaku itu sampai mereka dewasa. Namun bagaimana jika perilaku yang mereka ingat adalah hal yang negatif? Seperti yang tanpa sadar telah melukai harga diri anak.

Misalnya saja, orang tua tanpa sengaja memberikan label negatif saat anak melakukan kesalahan. Pemberian label negatif akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologi mereka. Anak akan melihat kepada dirinya, dan meyakini bahwa mereka seperti yang labelkan kepadanya, sehingga akan menimbulkan efek negatif dalam perilaku mereka.

Sudah seharusnya kasih sayang orang tua tidak hanya diberikan dalam bentuk lisan, tetapi juga dalam bentuk perbuatan dan kepedulian mereka terhadap perkembangan anak, sehingga anak akan merasa mendapat perhatian secara penuh dari orang tua. Lalu perilaku apa saja yang dapat melukai harga diri anak, yang harus dihindari oleh orang tua. Berikut 7 di antaranya.

Memberikan Label

Label adalah sebuah panggilan atau sindiran kepada anak yang berisi kata-kata negatif. Misalnya, si tukang bohong, si tukang terlambat, si  anak lelet, si tukang ribut, dan lain-lain. Pemberian label negatif akan melukai harga diri anak dan membuat mereka memandang dirinya seperti itu. Orang tua tidak seharusnya menyebut anak dengan tidak menyerang pribadinya, tetapi yang disoroti adalah perilaku negatifnya. Apalagi jika orang tua melakukan itu dihadapan orang lain, maka lambat laun semangat anak akan berkurang dan mereka akan benar-benar menjadikan label negatif itu sebagai bagian dari dirinya.

Marah Saat Anak Melakukan Kesalahan

Ketika orang tua melakukan reaksi yang berlebihan terhadap kesalahan yang diperbuat anak, maka harga dirinya akan terluka. Apalagi jika orang tua terus mengungkit kesalahan itu dan menjadikan anak sebagai kambing hitam atas kesalahan yang pernah dilakukan. Kemarahan yang berlebihan akan membuat anak melakukan kebohongan dan ketakutan saat melakukan hal yang sama.

Tidak Meluangkan Waktu Bersama Anak

Kesibukan orang tua dalam mencari nafkah dan kegiatan sosialnya, terkadang membuat mereka tidak mempunyai banyak waktu luang untuk bersama dengan anak. Apalagi di zaman digital, dimana orang tua terkadang disibukkan dengan kegiatan di dunia maya, sehingga membuat anak merasa terabaikan. 

Luangkan waktu walaupun hanya sebentar tetapi berkualitas bersama anak. Misalnya, mengantar dan menjemput mereka ke sekolah, menemaninya bermain, mendengarkan ceritanya, mengajak anak melakukan hal yang mereka sukai, bersama anak membeli makanan kesukaannya , jalan-jalan di pagi hari, dan lain-lain dapat menjadi salah satu cara untuk meluangkan waktu bersama anak.

Membandingkan dengan Saudara atau Temannya

Secara tidak sadar, terkadang orang tua mengucapkan kalimat yang isinya membandingkan anak dengan saudara atau temannya. Misal, "Lihat itu, Kakak aja bisa, masa kamu tidak," atau "Kamu gimana sih, Kak, masa begitu saja tidak bisa, temanmu saja dapat nilai yang bagus." Nah, kalimat-kalimat itu dapat melukai harga diri anak, karena akan merendahkan mereka dan menganggap anak tidak mampu bahkan gagal. 

Meskipun awalnya orang tua tidak bermaksud merendahkan, bahkan bertujuan memberi semangat, tetapi secara tidak langsung ucapan seperti itu dapat melukai harga diri anak. 

Memanjakan Anak Secara Berlebihan

Memanjakan anak secara berlebihan juga dapat melukai harga diri anak, karena mereka merasa tidak berharga di mata orang lain. Anak akan merasa dirinya tidak mampu dan tidak layak untuk melakukan sesuatu. Ajaklah mereka untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sesuai dengan usianya, dan biarkan mereka berusaha menyelesaikan pekerjaan rumah dengan kemampuannya sendiri. Dengan memberikan kepercayaan, maka anak akan merasa dihargai.

Menilai Kepandaian Anak dari Nilai Akademik

Setiap anak memiliki kepandaian akademik yang berbeda. Orang tua yang hanya menilai anak dari kemampuan akademiknya akan membuat anak terluka. Orang tua hanya menyoroti kemampuan akademik sebagai patokan keberhasilan. Hal itu akan membuat anak merasa gagal dalam kehidupannya, dan merasa tidak berguna. Padahal sebenarnya setiap anak memiliki kelebihan dalam bidang masing-masing di luar akademik. 

Memberikan Cinta Bersyarat

Cinta yang bersyarat bagi anak adalah hal yang menyakitkan. Orang tua akan mengatakan, "jika kamu melakukan ini, maka Ayah atau Bunda akan begini". Cinta bersyarat akan membuat anak melakukan segala sesuatu karena keinginan orang tua. Ketika suatu saat anak melakukan kesalahan, orang tua tidak akan menyukainya, bahkan mengucilkannya dan tidak memberikan cintanya, maka anak akan merasa terluka. Hal ini dapat membuat anak menjadi pridadi yang tertekan.

Menjadi orang tua adalah sebuah proses yang terus berjalan sepanjang hayat. Tidak ada sekolah khusus yang memberikan pelajaran, bagaimana mendidik anak dengan baik. Akan tetapi ada banyak cara dan ikhtiar yang bisa dilakukan orang tua, untuk belajar menjadi lebih baik dalam mendidik anak. Misalnya, dengan membaca buku-buku parenting, mengikuti seminar atau kelas parenting, berkonsultasi dengan ahli parenting, dan lain-lain.

Anak-anak mempunyai hak untuk di dengarkan dan mengeluarkan pendapat. Orang tua harus memberikan ruang dan waktu bagi mereka untuk mengungkapkan keinginan dan menghargai perasaan mereka. Jika mereka tumbuh dengan jiwa yang terluka, maka tidak menutup kemungkinan akan menjadikan mereka seorang pembangkang dan melakukan perilaku negatif yang lain.

Bangun komunikasi positif dengan anak, sehingga dukungan orang tua akan memberikan efek positif bagi perkembangan mereka, dan anak akan melakukan hal yang sama. Dukungan positif juga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap harga diri anak. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki empati dan mampu menjaga harga dirinya dengan baik.

Salam Hangat

Ulfah Wahyu

You Might Also Like

18 komentar

  1. Terima kasih atas sharingnya, saya suka bacanya dan saya juga saat ini lebih berhati-hati kepada anak. Dari ke 7 point diatas yang paling menarik perhatian saya tentang cinta bersyarat. Semoga sebagai orang tua kita mampu menjaga diri dari 7 hal di atas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, kita akan selalu belajar menjadi orang tua yang baik bagi anak2 kita, makasih semoga bermanfaat.

      Hapus
  2. Makasih remindernya. Harus cek lagi nih, aku melakukan 7 hal di atas ga ya? Anak²ku udh gede² sih...kadang pengen nanya, aku udh bener belum mengasuh mereka. Hehe...tapi aku ga berani juga tanya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting selalu berusaha untuk memperbaiki diri ya Bund. Bunda Hani sudah banyak makan garam kehidupan dalam mengasuh anak, pasti banyak cerita nih yang bisa dibagi.

      Hapus
  3. Bener banget apa yang disebutkan di atas. teorinya sih gampang, tapi praktiknya beneran menantang. Saya juga masih sering keseleo, bandingin Kakak sama Adiknya, padahal kan mereka beda. Sebenarnya tujuan awalnya bukan membandingkan, tapi lebih ngasih contoh, tapi tetep aja ya, jatuhnya kayak banding-bandingin. Heuheu, emang PR banget jadi ortu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, tapi kita bisa belajar dari kesalahan ya. Saya pun begitu, terus berusaha memperbaiki diri, belajar dari kesalahan di masa lalu dalam mendidik anak.

      Hapus
  4. Seringkali tak disadari kita sebagai orang tua melakukan salah satu atau beberapa hal diatas dan tak menyadari efek pada anak. Terima kasih sudah mengingatkan mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita semua dimampukan dalam mendidik anak2 kita sehingga menjadi anak sholih/sholihah ya mbak.

      Hapus
  5. Hal yang paling aku takutkan adalah marah berlebihan pada adik bungsu saya. Aku khawatir melukai harga dirinya. Dan dia akan mulai berbohong atau kebiasaan nggak baik lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, itulah kekhawatiran saya juga kalau terlalu marah berlebihan kepada anak.

      Hapus
  6. beneer nih, enggak suka banget dibandingkan. kita pun juga dulu kalau dibandingkan sama saudara atau tetangga juga pastinya enggak suka kan ya. nah, sama aja anak-anak kita juga pasti enggak suka. semoga kita bisa lebih bijak dan tahu bahwa setiap anak berbeda.

    BalasHapus
  7. Masih sering kepleset membandingkan adik dengan kakak. Maksudnya sih, memberi contoh. Tapi kadang ujungnya jadi seperti membandingkan. Semoga makin dimampukan menjadi org tua yang baik. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga senantiasa dimudahkan ya mbak Novi.

      Hapus
  8. Jleb bangets ini...Aku jadi gampang marah nih Mbak selama pandemi, ngegas melulu perasaan huhuhu. Kasihan anakku. Makasih sudah diingatkan. Benar jika dukungan positif akan berdampak positif bagi tumbuh kembang anak ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Dian, memang bukan hal mudah ya dalam mendidik anak, semoga kita senantiasa dimampukan dalam mendidik anak2 kita sehingga kelak menjadi anak yang shalih/shalihah.

      Hapus
  9. Ketika kecil sering dibandingkan dengan saudara, makanya berjanji dalam hati. Nanti kalau punya anak nggak mau membandingkan, karena ini nggak enak banget. Alhamdulillah, menjadi pengingat. Semoga kita semua terus belajar menjadi ortu yang lebih baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengalaman adalah guru yang paling berharga ya mbak.

      Hapus