Pentingnya Menjaga Lisan di Era Media Sosial

Desember 25, 2020


Kamu tentu sering mendengar istilah "Lidah Tak Bertulang" atau "Mulutmu Adalah Harimaumu" bukan? Istilah ini sering kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari. Kadang-kadang kita juga mendengar orang mengatakan kalau "Diam Adalah Emas", kamu setuju yang mana? Kalau aku setuju ketiga-tiganya. Dalam agama Islam juga sangat di anjurkan untuk menjaga lisan, dan saya yakin semua agama pasti mengajarkan hal yang sama.

Dalam proses kehidupan, pasti tidak selamanya berjalan mulus. Adakalanya kamu bertemu dengan onak dan duri, batu kerikil, hingga jalanan yang terjal dan mendaki, semua itu adalah suka duka yang harus kita lewati. Termasuk dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia. Allah SWT menciptakan makhluknya dengan macam-macam sifat dan karakter, sebagai bukti dari Maha Besar-Nya.

Nah, dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia inilah, terkadang kamu menemui banyak rintangan dan masalah yang berkaitan dengan lisan. Menjaga lisan ini adalah salah satu dalam ajaran Islam. Sebab, lisan bisa menjadi sumber petaka bagi seseorang.

Rasulullah SAW juga bersabda :

Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan ( H.R. al-Bukhari ).

Di era keterbukaan informasi seperti sekarang, menjaga lisan sama pentingnya dengan menjaga jari tangan kita untuk menulis atau berkomentar di media sosial dengan cara yang baik. Gunakan tangan kita untuk menuliskan kata-kata dan komentar yang baik dan bijaksana. Lisan kita pun di uji untuk tidak mengungkapkan kebencian kepada orang lain, baik di dunia maya maupun nyata.



Foto : Dokumentasi Pribadi

Ketika kita tidak paham tentang sesuatu hal, maka lebih baik diam. Atau ketika kamu berada pada situasi perdebatan yang tiada ujung, maka lebih baik diam. Sama halnya ketika kamu berusaha untuk menahan diri dengan tidak memberikan komentar yang negatif terhadap seseorang atau sebuah permasalahan.

Menjaga lisan ini termasuk juga untuk berkomentar yang baik dan bijaksana dalam sebuah forum atau diskusi dan juga dalam sebuah komunitas WAG (Whatsapp Group). Terkadang perbincangan yang terjadi dalam obrolan group membuat seseorang lepas kendali, dengan mengeluarkan kalimat-kalimat yang kurang baik, atau komentar yang tidak pantas.


Tips Menjaga Lisan di Era Media Digital


Berkomentar Positif atau Diam

Perkataan yang baik akan membawa orang yang mengucapkannnya mendapatakan pahala, dan sebaliknya perkataan yang buruk atau negatif akan membawa mudharat atau kerugian. Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi seorang Muslim untuk menjaga lisannya, atau jika dia tidak mampu maka dianjurkan untuk diam, karena itu akan lebih membawa kepada kebaikan.

Saat kita berselancar di dunia maya, dan menemukan sebuah berita yang tidak sesuai dengan prinsip kita, berikanlah kritikan yang membangun dan hindari mencela, karena itu termasuk salah satu upaya menjaga lisan atau tangan kamu untuk menuliskan hal yang negatif, yang justru akan merusak semua amal kebaikan yang sudah kamu lakukan.

Menghindari Perkataan yang Sia-Sia

Terkadang saat kamu berkumpul dengan teman atau saudara, akan menimbulkan potensi untuk membicarakan orang lain, iya apa iya ... Jujur saja hal ini masih sering terjadi. Nah, dari perbincangan inilah, kadang-kadang akan mulai meluas, yang berakibat pada sebuah perbincangan atau perkataan yang sia-sia. Sebisa mungkin, hindarilah hal ini, karena ini adalah salah satu cara untuk menjaga lisan.

Hindari Sifat Sombong

Kesombongan adalah awal mula seseorang menggunakan lisannya untuk berkata yang menyakiti orang lain. Merendahkan orang karena posisinya yang berbeda dengan kamu secara materi maupun sosial. Kesombongan dalam bertutur kata akan membawa bencana dalam berkomunikasi di media sosial, karena hal itu akan memicu kebencian. Oleh karena itu, hindarilah sifat sombong ini sebagai salah satu jalan untuk menjaga lisan.

Lisan yang tidak terjaga akan membuat orang tersakiti. Ibarat menancapkan sebuah paku ke dinding, dan saat kamu cabut paku tersebut maka masih ada bekas lubang di sana. Nah, seperti itulah ibarat lisan yang menyakiti hati sesorang, meskipun maaf sudah terucap, tetapi bekasnya masih ada di sana.

Jangan sampai kita mengucapkan sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain dengan lisan kita. Dengan lisan kita juga, bisa membuat perselisihan yang akan menyeret banyak orang. Jadi, jagalah lisan untuk senantiasa berkata yang  bermanfaat. Hindari perbuatan yang sia-sia dengan lisan kita, dan saling mengingatkanlah kamu dengan yang lain, tentang pentingnya menjaga lisan.

Salam Hangat

Ulfah Wahyu




 

 

You Might Also Like

11 komentar

  1. Saya juga pernah dengar istilah lisan itu seperti pedang bermata dua yang nanti akan menyakitimu dan menyakiti orang yang kamu tuju, sejatinya memang kita sangat perlu berhati-hati dalam menggunakan lisan. Saya setuju sekali dengan ulasan mbak di atas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak sangat hati2, karena efeknya bisa membuat hubungan kita dengan orang jadi bermasalah.

      Hapus
  2. Setuju banget mba. Di jaman semua serba maya dan digital gini jempol adalah pengganti lidah yang bisa bermata dua. Sekali waktu menusuk orang laib, sekali waktu bisa berbalik menusuk diri sendiri kalau nggak pinter mengendalikan diri. Makasih sudah diingatkan ya mba. Srmoga kita dijauhkan dari kegiatan di dunia maya yang menyakiti orang lain. Amin. Sehat selalu mba Ulfa. Salam dari Jogja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selalu berhati2 dalam menjaga lisan ya mbak. Salam kembali mbak Bety dari Kudus, semoga sehat selalu.

      Hapus
  3. Kalau dulu Mulutmu Harimaumu, kini jempol dan jarimu harimaumu
    Begitu banyak status atau komentar terpampang di media sosial yang menguji kontrol lisan. Banyak yang lupa menjaga lisannya sehingga asal menuliskan hal yang menyakitkan bagi sesamanya
    Ulasan yang menarik Mbak..jadi pengingat diri ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak Dian, pengingat buat aku pribadi juga biar lebih hati2 menjaga lisan.

      Hapus
  4. Ya, Mbak, penting sekali menjaga lisan di era serba digital seperti sekarang ini. Apalagi sebuah tulisan terkadang tidak jelas intonasi dan ekspresinya, sehingga bisa menimbulkan salah persepsi. Saya juga lebih memilih diam atau tidak berkomentar jika ada hal yang kurang berkenan di media sosial.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih baik berhati-hati dalam bersikap ya mbak untuk menghindari kesalahpahaman.

      Hapus
  5. Saat ini sih lebih ke jempolmu harimaumu deh kak. Hehehe
    Di era media banyak yang nggak suka menahan jempolnya. Berkomentar dengan nggak hati-hati. Berkeluh kesah yang nggak berarti. Tapi ya begitulah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, menjaga jempol sama pentingnya dengan menjaga lisan.

      Hapus
    2. Iya mbak, menjaga jempol sama pentingnya dengan menjaga lisan.

      Hapus