Menjadi Shalih Terlebih Dahulu Sebelum Meminta Anak Shalih

Desember 04, 2020




Pernah dengar kata pepatah "Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya" ? Yang artinya sifat anak tidak akan berbeda dari orang tuanya. Sering juga kita mendengar orang memperbincangkan perilaku seorang anak yang baik ataupun menyimpang dan itu dikaitkan dengan orang tuanya? Nah, sepertinya hal itu memang wajar dan lumrah terjadi dalam kehidupan masyarakat kita. Terutama ketika hal itu menyangkut kepada perilaku negatif.

Padahal belum tentu ya, perilaku buruk itu berasal dari orang tuanya. Bisa jadi perilaku buruk itu berasal dari pengaruh lingkungan, meskipun tidak menutup kemungkinan, barangkali memang ada perilaku negatif orang tua yang di lihat secara terus-menerus, dan akhirnya membawa kesimpulan bagi anak bahwa perilaku itu boleh di contoh.

Memberikan Teladan Kepada Anak Seperti Sahabat Ali bin Abi Thalib Ra

Ada sebuah Quote yang terkenal dari Ali bin Abi Thalib, Ra

"Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu".

Dalam quote ini orang tua diajarkan untuk mendidik anak secara demokratis dan tidak otoriter, menyesuaikan dengan perubahan zaman, yang tentunya ada perbedaan dalam setiap perkembangannya. Lalu apa saja prinsip Ali bin Abi Thalib, Ra dalam mendidik anak? 

Berikut 3 tahapan dalam mendidik anak yang disesuaikan dengan usia.
 
Anak Sebagai Raja ( usia 0-7 tahun )

Perlakukan anak seperti raja di usia 0-7 tahun. Layani mereka dengan sepenuh hati dan keikhlasan, dalam hal sekecil apapun. Anak akan merasa senang saat kita melakukan hal yang mereka inginkan. Mereka akan tersentuh dengan perhatian yang kita berikan, dan lihatlah kelak, mereka akan melakukan hal yang sama kepada kita saat mereka dewasa nanti. 

Tetap berikan pengarahan positf dan juga berusaha untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada mereka saat berusia 0-7 tahun, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan kelak mereka dewasa nanti.

Anak Sebagai Tawanan ( Usia 8-14 tahun )

Di masa ini saatnya anak mengetahui tentang hak dan kewajibannya, tentang akidah dan hukum agama, baik yang wajib maupun yang di larang. Anak harus di kenalkan dengan kewajiban-kewajibannya, seperti menjalankan salat 5 waktu, menutup aurat, termasuk juga dalam menjaga pergaulan dengan lawan jenis, membiasakan membaca Al-Quran dan membantu menyelesaikan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan kemampuan anak.

Kedisiplinan anak juga mulai di bangun pada usia ini. Anak harus di kenalkan dengan aturan-aturan dalam rumah dan pergaulannya. Mereka juga mulai dikenalkan dengan adanya reward dan hukuman, karena pada tahap ini anak sudah mulai mengenal tanggung jawab dan konsekuensi dari setiap perbuatannya.

Anak Sebagai Sahabat ( Usia 15-21 tahun )

Usia 15 tahun adalah usia umum anak memasuki usia akil baliq. Pasa usia ini diperlukan kehadiran orang tua dalam pendampingan anak untuk melewati masa itu. Berbicaralah dari hati ke hati dengan anak tentang kewajiban-kewajiban yang harus di lakukan setelah memasuki usia akil baliqh ini. Terutama yang berkaitan dengan masalah ibadah.

Jadilah sahabat yang menyenangkan bagi mereka ketika di butuhkan. Bangun komunikasi yang sehat dan menarik dengan anak di usia ini. Biasakan mereka bercerita tentang dirinya dan juga aktivitasnya di luar. Pahami dan hargailah pilihan-pilihan anak, sepanjang tidak melanggar norma, baik agama maupun sosial.

Bagaimana Seharusnya Orang Tua Bersikap?

Pendidikan seharusnya dimulai dari orang tua, karena mereka  menjadi orang yang memiliki hubungan sosisal pertama dengan anak. Pendidikan nonformal ini harus di bangun sejak dini. Orang tua dapat membangun karakter anak berdasarkan nilai agama, sosial, moral dan budaya.

Keteladanan orang tua dalam bersikap menjadi suatu kunci dalam pendidikan keluarga. Keteladanan ini mencakup banyak hal, di antaranya benar dalam berbicara, benar dalam bersikap, benar dalam berpikir dan benar dalam berupaya. Orang tua harus memberikan contoh kepada anak-anaknya, bagaimana mereka berbicara, bersikap, berpikir dan berupaya dengan benar dan baik dalam keluarga.

Mengapa orang tua harus melakukan itu semua? Karena kebiasaan mereka itu akan menjadi totonan dan di lihat oleh anggota keluarga yang laln, terutama oleh anak-anak mereka. Maka dari itu perilaku orang tua yang positif, tentu akan memberikan dampak yang positif juga bagi perkembangan anak.

Banyak kasus yang terjadi, tentang anak yang merokok di usia remaja. Setelah saya mengamati beberapa tetangga yang anak laki-lakinya sudah mulai merokok memasuki usia remaja, ternyata hampir semua Ayahnya adalah perokok berat. Sehingga anak melihat kebiasaan itu setiap hari, dan mereka mencontohnya. Ironisnya lagi orang tuanya tidak mempunyai daya untuk melarangnya, karena ada orang tua yang di contoh, sehingga kebiasaan itu terus berlangsung hingga mereka dewasa.

Kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua dan dilakukan secara terus-menerus akan di rekam oleh anak. Sehingga sangat mungkin, anak akan meniru apa yang di lihat dan di rasakan itu. Jika hal itu berlangsung secara terus-menerus, maka hal itu bisa menjadi sebuah kebiasaan yang akan di bawa hingga mereka dewasa nanti.

Oleh karena itu, saya percaya pada satu hal dalam memberikan keteladan kepada anak, yaitu jadilah orang tua yang shalih terlebih dahulu, sebelum meminta anak shalih. Berikan contoh dalam melakukan kebaikan, baik dalam hal ibadah, berperilaku maupun berusaha. 

Teruslah belajar untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita. Jadikan pengalaman masa lalu kita sebagai cambuk untuk terus memperbaiki diri. Teruslah berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kemudahan dalam mendidik anak-anak kita. Menjadi shalih membutuhkan usaha dan kerja keras serta ilmu. Tidak ada orang tua yang sempurna di dunia ini, akan tetapi berusahalah untuk menjadi orang tua yang mampu menjadi teladan kebaikan bagi anak dengan selalu memperbaiki diri setiap saat.

Salam Hangat

Ulfah Wahyu










You Might Also Like

28 komentar

  1. Anakku sekarang umur 14 tahun, dan masyaALLAH beneran menguji keimanan dan kesabaran emak bapaknya.
    Baiklaahh mari kita selalu kembali pd ajaran al-Qur'an dan al-Hadits, supaya anak kian sholih dan jadi qurrota a'yun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, kembali kepada Al Quran dan hadits, insya Allah sudah ada tuntunan lengkapnya.

      Hapus
  2. Masha Allah terima kasih pengingat'y, saya langsung bacain ke suami saya nih. Masih 2 tahun sih anak'y, tp ya mulai dr diri sendiri dulu kan ya baru mencontohkan ke anak. Hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, kalau saya seperti itu. Apalagi kalau anak sudah remaja, benar2 harus bisa menjaga sikap sebagai ortu.

      Hapus
  3. Intinya harus diri sendiri dulu ya yang dididik saleh sebelum berharap anak kita juga saleh. Semngat para orangtua. Semoga bisa. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, berdamai dengan diri sendiri, belajar menjadi pribadi yang shalih dengan terus belajar.

      Hapus
  4. menjaga cara bicara dulu, lalu boleh mengharap si anak berbicara yang baik
    sebab anak adalah peniru yang ulung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mbak. Orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak.

      Hapus
  5. Balasan
    1. Iya Kak tetap semangat, semoga senantiasa dimudahkan.

      Hapus
  6. Artikel yang sangat menampar saya. Baru baca judulnya saja udah tersindir. Duh...

    Orang tua memang seharusnya jadi suri tauladan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berusaha semaksimal mungkin terus memperbaiki diri ya mbak, semoga dimudahkan.

      Hapus
  7. Nice sharing, mbak. Alhamdulillah, dua anakku ada dalam usia anak sebagai tawanan, dan satu anak di usia anak sebagai sahabat. Semua masa adalah ujian bagi orangtuanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mbak, saya punya 2 sebagai tawanan dan 1 sebagai raja, semoga senantiasa dimudahkan dalam memberi teladan bagi mereka ya.

      Hapus
  8. Benar sekali..
    Karena memberi contoh melalui keteladanan lebih berefek pada alam bawah sadar anak-anak daripada hanya kata-kata terlebih omelan.
    Heuheuu~

    Reminder banget.
    Haturnuhun, kak Ulfah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak lebih efektif dan menyentuh langsung ke hati anak.

      Hapus
  9. Iya mbak Ulfah aku setuju, harapan semua orang tua pasti mendambakan memiliki anak yang Sholeh..tp kita sering lupa kalau harus Soleh sebelumnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, jadi tidak hanya di ucapkan saja di bibir, tapi harus ada keteladanan yang nyata.

      Hapus
  10. Setuju, Mbak. Anak mencontoh perilaku orang tuanya. Kalau mau mereka jadi anak shalih/ah ya ortunya dulu harus jadi shalih. Terima kasih inspirasinya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mbak, kita masih sama2 belajar ya untuk terus memperbaiki diri.

      Hapus
  11. Jleb-jleb banget ini artikelnya. Bener banget sih. Kita harus shalih dulu baru bisa meminta anak-anak jadi anak shalih. Terimakasih sharingnya Mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 Bunda. Semua membutuhkan proses yang akan terus berjalan hingga akhir hayat.

      Hapus
  12. Saya memasuki fase anak sebagai sahabat nih, susah-susah gampang memiliki anak usia ini harus tarik ulur dan banyak bersabar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah bisa belajar dari mbak Erly nih bagaimana bersahabat dengan anak dewasa.

      Hapus
  13. Bener sekali kak, artikelnya ini jadi remainder banget buat aku nih, jangan sampai menuntut anak-anak sholih sementara kita sebagai orang tua yang harusnya memberi contoh dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teladan orang tua insya Allah akan selalu diingat oleh anak hingga dewasa nanti.

      Hapus
  14. Hm... Semoga kita dimudahkan untuk menjadi orangtua2 yang shaleh. Aamiin

    BalasHapus