Pentingkah Mengajak Anak Remaja Berbicara Tentang Cinta?

November 12, 2020



Dunia remaja dan cinta adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hayo ngaku, dulu siapa pada saat memasuki usia remaja sudah mulai mengenal cinta monyet? Itu adalah hal yang wajar, karena masa remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju kehidupan dewasa, hal ini ditandai dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologis. Jadi wajar jika pada masa remaja anak mulai tertarik dengan lawan jenis.

Anak remaja akan mengalami kresahan, galau dan bisa juga berpengaruh terhadap sikapnya dan konsentrasinya dalam belajar, ketika mereka mulai menyukai lawan jenis. Nah, hal ini terkadang membuat orang tua bingung, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Saya pun mengalami hal yang sama dengan kebanyakan orang tua, saat si sulung yang sudah remaja mendapatkan surat dari seorang teman perempuannya yang isinya adalah pernyataan hati sang perempuan terhadap si sulung. Sontak saya segera bergegas mengambil langkah seribu untuk mengatasi hal ini. Saya mengajak si sulung duduk berdua berhadapan, dan memintanya menceritakan tentang maksud dari pemberian surat tersebut.

Setelah dia bercerita panjang kali lebar, legalah saya karena ternyata dia tidak berminat untuk melanjutkan aksi surat menyurat tersebut. Kami langsung berdiskusi tentang masalah "perjatuhcintaan" ini dengan serius, hahaha. 

Seberapa Pentingkah Mengajak Anak Remaja Berbicara Tentang Cinta?

Penting banget, itu menurut saya. Karena saya sudah mengalami sendiri bagaimana anak zaman sekarang mereka bahkan tanpa malu-malu mengungkapkan perasaan suka kepada lawan jenis, bahkan ada yang sampai memaksa bertanya, "Kamu sukanya sama siapa?" Oh ... no, saya sampai kaget membacanya. Ini anak tanpa malu-malu menanyakan perasaan teman lawan jenisnya bahkan terkesan memaksa untuk menyukai dirinya.

Anak remaja akan mengalami masa dimana mereka akan memperhatikan penampilan, bahkan bisa menghabisakan waktu bermenit-menit hanya untuk mengurusi masalah rambut, belum  juga memeperhatikan masalah fashion yang akan dikenakan. 

Para remaja ini harus mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang benar tentang arti cinta, bagaimana mereka harus bersikap jika mulai menyukai lawan jenis. Setelah insiden surat menyurat itu, saya pun kemudian mengajak si sulung untuk berebicara tentang cinta. Saya memberikan pemahaman kepadanya, bahwa boleh dia jatuh cinta kepada lawan jenisnya, tetapi itu ada masanya. 

"Sekarang Kakak masih sekolah, berteman saja dulu dengan dia, karena masa depanmu masih panjang. Kamu masih akan bertemu banyak teman perempuan dengan ragam karakter." Begitulah nasihat saya kepada si sulung.

Memberikan pemahaman tentang makna jatuh cinta di saat yang tepat sangat penting kita sampaikan ke anak, sehingga mereka pun memiliki gambaran tentang bagaimana menjaga hati agar tidak mudah terpengaruh. Bisa juga kita ceritakan tentang masa lalu kita bertemu dengan pasangan, sehingga itu bisa menjadi pembelajaran bagi anak. 

Baca Juga : Asyiknya Brsahabat dengan Anak Remaja

Apa yang Harus Dilakukan Jika Anak Mulai Mengenal Cinta

Banyak orang tua yang merasa bingung jika dihadapkan pada masalah ini. Ketika anak mulai menyukai lawan jenis, pastikan kita ada untuk mereka. Jangan memberikan vonis yang menyudutkan apalagi menyalahkan mereka karena hadirnya perasaan itu. So, apa yang harus dilakukan orang tua jika anak mulai mengenal cinta

Memahami Masa Pubertas Anak

Orang tua harus memahami masa pubertas anak. Setelah mereka mulai memasuki masa remaja, maka akan ada perubahan-perubahan yang terjadi pada anak termasuk psikologinya. Pada masa ini, anak membutuhkan sosok orang tua yang akan memberikan dukungan, pengarahan dan juga tempat bertanya tentang segala masalah, termasuk yang menyangkut urusan hati.

Jadilah Teman yang Menyenangkan

Pada Saat anak mulai merasakan ketertarikannya dengan lawan jenis, hadirlah sebagai seorang teman yang menyenangkan. Menjadi pendengar yang baik atas kegalauan hatinya. Setelah anak merasa puas curhat dengan kita, maka saatnya kita masuk dengan  memberikan pengertian dan pemahaman tentang makna rasa cinta yang sebenarnya.

Menjalin Komunikasi dengan Baik

Jalinlah komunikasi yang erat dengan anak. Tunjukkan perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada mereka. Yakinkan kepada anak bahwa kita akan selalu ada untuk mereka. Dengan demikian anak akan merasa nyaman saat bercerita dengan orang tua.

Mulailah Mengenalkan Kriteria Jodoh Menurut Agama

Bersyukurlah kita sebagai orang tua, saat anak mulai terbuka tentang perasaannya terhadap lawan jenis. Berikan mereka masukan dan kriteria tentang jodoh menurut agama yang kita anut. Dalam Islam ada 3 garis besar dalam kriteria memilih jodoh, yaitu baik agamanya, berilmu dan baik akhlaknya, serta bertanggung jawab. Orang tua dapat memberikan kriteria jodoh itu dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak.

Bersikap Waspada 

Setelah semua usaha di atas kita lakukan, ada baiknya orang tua tetap bersikap waspada. Waspada bukan berarti tidak percaya kepada anak dan curiga ya, tetapi lebih kepada mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi yang berhubungan dengan masalah hati anak. Dengan meberikan pengertian dan pemahaman yang penuh kasih sayang dan lemah lembut, Insya Allah anak akan dapat menerimanya, selagi orang tua juga tetap bersikap baik dan berpikir positif.

Masalah hati adalah hal yang sangat rawan. Saya bahkan sengaja mengikuti sebuah proyek menulis bersama dengan tema Taaruf, dimana saya menceritakan tentang bagaimana kisah awal mula bertemu dengan suami dulu. Tentu saja saya mempunyai tujuan di sini, agar anak saya membaca cerita tersebut, sehingga mereka tahu bagaimana dulu orang tuanya bertemu dan memilih untuk menjaga hati dan cintanya di jalan yang di ridhai oleh Allah.

Buku antologi Taaruf
Foto : Dokumentasi Pribadi

Cinta adalah anugerah yang mulia dari Allah SWT kepada hamba-Nya. Oleh karena itu tidak salah jika kemudian anak kita yang sudah remaja mulai merasakannya. Justru kita merasa bersyukur mereka dapat merasakan indahnya perasaan itu. Tetapi ajaklah mereka untuk membingkai rasa cinta itu dengan pigura yang tepat. 

Dampingi mereka melewati masa pubertas dengan ketulusan cinta dan kasih sayang orang tua, serta selipkan doa yang tulus bagi mereka agar menjadi generasi yang solih dan mampu menjaga hati serta pikirannya dengan selalu mengingat Allah dalam setiap langkahnya.

Salam Hangat

Ulfah Wahyu

You Might Also Like

27 komentar

  1. Sebagai Muslim, kami lebih menekankan terhadap anak yg mulai beranjak remaja itu masalah bersuci daripada cinta. Ya masa baligh alias masa dimana pertanggungjawaban amalan seseorang mulai ditanggung sendiri, harus dibarengi dengan ilmu iman dan Islam. Banyaknya mereka blm mengerti bagaimana bersuci sesuai syariat Islam setelah haid, atau jima
    Setelah itu mereka pahami, soal cinta dengan sendirinya akan mereka mengerti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mbak, tentu masalah bersuci sudah di ajarkan sedari usia dini ya, nah masalah hati ini juga penting untuk kita dampingi dalam perkembangannya karena zaman sekarang kita berperang melawan media sosial, dunia digital yang stand by 24 jam di depan mata. so sebagai orang tua kita harus menyiapkan langkah dan juga ilmu untuk menangkalnya.

      Kalau kita tidak memberikan pemahaman dan ilmu yang benar tentang perasaan kepada lawan jenis, maka bisa jadi anak akan salah dalam mengartikan perasaan cinta yang mulai tumbuh dalam hatinya. Jadi menurut saya, sangat penting untuk mengajak mereka memahami makna cinta yang sebanarnya. Tentu harus kita barengi dengan ilmu yang sesuai dengan norma agama dan masyarakat.

      Hapus
  2. Aduh jangankan anak remaja
    Anak TK maupun SD saja sudah lumayan agresifnya
    Kadang saya bingung, pengen menegur atau menasehari nanti orang tuanya tidak menerima
    Atau bahkan anak itu sendiri yang merasa persoalannya diikut campuri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang membutuhkan kesabaran ya dalam menasehati anak tentang masalah hati ini,karena merupakan hal yang sensitif. Kuncinya adalah perhatian dan pendampingan dari orang tua, sehingga anak akan lebih terbuka dan bisa menerima nasihat kita.

      Hapus
  3. Masa Pubertas emang masa gentinya seorang anak ya mbak, bener kunci utama adalah jadi teman buat mereka biar mereka mau jujur pada kita tentang apapun yang mereka alami termasuk tentang cinta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, sebisa mungkin menjadi orang tua yang peduli dengan perubahan masa pubertas anak, sehingga mereka menemukan sosok yang bisa di jadikan tempat curhat.

      Hapus
  4. Bersyukur ya kak kalau kita sempat membukukan kisah pertemuan kita dengan suami ya. Jadi bukti otentik pada anak kalau mama-papanya nggak pernah pacaran, jadi ya gitu aja. Kalau sudah semua siap jodoh pasti datang tanpa perlu pacaran hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, bisa jadi pelajaran dan pemgalaman buat berbagi dengan anak.

      Hapus
  5. aku sih dulu kurang terbuka ya soal cinta, kepada ayah dan ibu
    mungkin bagi mereka tabu
    maklum sih, budaya dan pendidikan kan berbeda
    mungkin jaman dulu anak remaja gak boleh ngomongin cinta
    tapi justru sekarang harus diomongin, bagian dari edukasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mbak, zaman sudah berubah, jangan sampai peran sepenting ini digantikan oleh benda elektronik.

      Hapus
  6. Pengen banget mbaa saya jd tempat curhat buat anak saya nanti 😊 Kita juga gak boleh denial ya klo anak remaja udh mulai naksir2 lawan jenis'y. Duh bayangin'y aja aku jd sedih, anak yg td'y piyik2 kemana2 sama ibune lalu demen ama yg lain. Hahaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akan ada masanya mbak, berarti anak kita normal hehehe. Nah jadilah kita teman curhat yang menyenangkan dan berikan selalu kasih sayang dan cinta yang tiada henti.

      Hapus
  7. Saat ini saya belum banyak ngobrol tentang kisah percintaan dengan anak sulung yang sudah remaja nih mba. Dia masih mondok soalnya. Meski mungkin sudah punya ya perasaan tertentu kepada lawan jenis, anak saya ini belum mau banyak membuka diri tentang hal ini. Jarang ketemu juga nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak saya yang sulung juga di pondok mbak, ini masih di rumah karena pandemi, jadi sedikit banyak saya mulai membuka diri untuk menyiapkan jawaban atas pertanyaan itu,karena akan tiba masanya, dan semoga kelak putranya juga bisa lebih terbuka, jadi kita tahu isi hatinya ya mbak.

      Hapus
  8. Setuju. Jawabannya penting! Anak2 harus didampingi dalam fase ini agar mereka punya pegangan. Kelak jika mereka punya masalah terkait ini, mereka akan kembali ke kita untuk mendiskusikannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, orang tua adalah tempat terbaik bagi anak2 berbagi cerita.

      Hapus
  9. Bagus ya judul buku antologinya... Kutemukan Kau dalam Doa...ah so sweeet... saya setuju kalau anak remaja penting diajak bicara cinta. Ketimbang dia duluan merasa nyaman curhat2 ama temennya. Lebih baik ortu membuka ruang untuk ngobrol sama anak remajanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, lebih baik kita sebagai orang tua membuka diri untuk lebih peduli dengan perkembangan psikologi anak

      Hapus
  10. Anak yg cowok dulu engga pernah cerita ttg lawan jenis di sekolah. Tapi kalau yg cewek cerita sih...Memang harus terbuka ya soal percintaan anak-anak, supaya tidak salah melangkah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itulah tujuannya Bund, apalagi zaman sekarang gempuran media sosial sangat kuat, orang tua harus selalu siaga setiap saat.

      Hapus
  11. Wah pencerahan buat saya nih, si sulung kelas X SMA..memang belum ada yang kirim surat cinta sih tapi buat antisipasi nanti harus gimana.
    Saat ini seringnya ngobrol ringan tapi menjurus ke sana...ada pesan-pesan gitu tentang perjatuhcintaan yang memang penting agar anak-anak di jalan yang benar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intinya adalah melabuhkan hati di jalan yang benar ya mbak dan di saat yang tepat.

      Hapus
  12. Terima kasih sudah berbagi. Saya juga jadi belajar parenting nih

    BalasHapus
  13. Artikel ini menjawab sedikit keresahan saya, padahal anak masih balita hehehe. Memang ya betul saya pikir orangtua harus terus menjaga kedekatan, biar anak terus nyaman bercerita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, menurut saya orang tua adalah tempat ternyaman bagi anak bercerita tentang segala hal, termasuk masalah hati.

      Hapus
  14. Remaja masa yang riskan sekali. Anak sulungku sudah kelas 6. Rasanya deg-deg an menghadapi usia baligh nya. Semoga aku bisa merangkul dan mengarahkannya dengan benar.

    BalasHapus