Mengapa Memilih Menulis Cerita Anak
Mei 15, 2021Awal tahun 2019 saya mulai aktif belajar menulis, ikut bergabung di dua komunitas menulis yang menjadi lahan bagi saya untuk belajar. Kedua komunitas yang saya ikuti ini berbeda haluan, yang satu khusus menulis cerita anak dan yang satu campur, ada antologi puisi, antologi fiksi dan juga cerita anak. Setelah menjajal kemampuan dengan mengikuti beberapa proyek menulis, dan menghasilkan beberapa antologi, akhirnya di akhir tahun 2019 saya memutuskan untuk lebih fokus menulis cerita anak.
Dunia anak tidak lagi asing bagi saya, karena 12 tahun yang lalu saya pernah menjadi seorang guru PAUD. Dengan pengalaman yang saya milik sebagai seorang guru di Taman kanak-kanak itulah, kecintaan terhadap dunia anak semakin tumbuh dan kuat. Dunia anak yang penuh warna dan kepolosan menjadikan saya benar-benar jatuh cinta dengan dunia mereka.
Apalagi setelah saya mempunyai anak sendiri, kecintaan itu semakin besar. Pertengahan tahun 2008 saya memutuskan resign dari pekerjaan saya sebagai guru PAUD, kemudian fokus merawat dan membesarkan kedua anak saya yang masih kecil. Sejak saat itu, saya mulai menyadari bahwa mendidik anak sendiri ternyata tidaklah sama seperti ketika kita mendidik anak orang ketika di sekolah. Tantangannya justru lebih besar, karena kami akan terus bersama selama 24 jam.
Ketika anak-anak masih balita dan belum sekolah, saya menjadi satu-satunya orang yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama mereka ketika di rumah. Sehingga saya mendapatkan begitu banyak pelajaran tentang bagaimana mendidik anak dengan segala dinamikanya.
Sekarang kedua anak laki-laki saya sudah remaja, dan masih ada si bungsu yang berusia 7 tahun. Dengan berbekal pengalaman mendampingi dan mendidik anak secara langsung di rumah itulah, saya mulai tertarik untuk menulis cerita anak, ketika si bungsu sudah mulai masuk sekolah PAUD, beberapa buku antologi cerita anak yang saya tulis sudah ada yang terbit. Betapa bahagianya saya, karena kebetulan si bungsu ini memiliki ketertarikan juga dengan dunia literasi.
Nah, dari antusias si bungsu inilah saya lebih memilih menulis cerita anak sampai sekarang. Lalu, apa alasan saya mengapa memilih menulis cerita anak?
Baca Juga : 5 Manfaat Membacakan Buku Cerita Bagi Anak
Ada Bidadari Kecil yang selalu Menunggu Cerita Terbaru Saya
Ya, dialah si bungsu yang selalu setia menunggu cerita terbaru yang saya tulis bersama teman-teman di komunitas. Saya biasa mencritakan tentang aktivitas menulis saya kepada si bungsu, saya bilang Ummi sedang proses menulis cerita baru. Lalu dia akan sangat antusias untuk bertanya, tentang judulnya, nama tokohnya , dan ceritanya tentang apa. Itulah alasan pertama mengapa saya lebih memilih menulis cerita anak
Memberi Nasihat kepada Anak lewat Cerita
Melalui cerita anak yang saya tulis, insya Allah mengandung banyak nasihat kebaikan bagi anak-anak tak terkecuali untuk anak saya. Anak-anak akan lebih mudah menerima nasihat melalui sebuah cerita. Mereka akan mendapatkan banyak hikmah kebaikan dari cerita tersebut.
Menumbuhkan Minat Baca Anak
Menulis cerita anak bagi saya adalah salah satu cara untuk menumbuhkan minat baca anak. Apalagi jika cerita tersebut di tulis oleh orang yang mereka kenal dan sayangi.
Mewarnai Dunia Anak dengan Cerita Bermakna
Dunia anak selalu memberikan warna yang ceria. Dengan menulis cerita anak, saya berharap bisa memberikan sedikit sumbangsih untuk mewarnai dunia mereka yang penuh warna itu. Apalagi di zaman digital ini, hampir semua sisi kehidupan bersentuhan dengan gadget, sehingga menurunkan minat baca anak.
Menulis cerita anak menjadi pilihan yang menyenangkan buat saya, karena ada banyak pelajaran yang dipetik dari setiap cerita yang dihasilkan. Selama hampir dua tahun, saya masih belajar untuk terus memperbaiki kualitas tulisan. Semua membutuhkan proses dan kerja keras tentunya.
Beruntungnya saya yang dipertemukan dengan teman-teman yang memiliki passion yang sama dalam bidang literasi ini. Mari kita warnai dunia si kecil dengan membaca dan memebacakan cerita, sehingga mereka akan mempunyai kenangan indah kelak beranjak dewasa.
Salam Hangat
Ulfah Wahyu
5 komentar
Aku paling sulit malahan untuk membuat cerita untuk anak. Pernah beberapa kali ikut pelatihan, selalu komennya tulisanku engga sesuai logika anak-anak.
BalasHapusSeneng banget mb Ulfah udah banyak buku anak yang ditulis, bisa untuk mendongeng ke anak.
Iya Bunda alhamdulillah, masih terus belajar memperbaiki tulisan.
HapusSamaa, saya juga lebih nyaman dengan cerita anak. Lebih dekat dengan dunia saya dan rasanya enak buat nyampein pesan moral. Anak-anak di kelas juga selalu menunggu saya membacakan cerita hasil gurunya sendiri yang berkaitan dengan pelajaran mereka.
BalasHapusMasya Allah senengnya bisa membacakan cerita sendiri di hadapan murid. Sukses selalu ya mbak
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus