Sebuah Kisah Perjalanan Menuju Kampung Damai Gontor

Oktober 13, 2020

Foto : IKPM Semarang

Setelah empat bulan berlalu, akhirnya saya bisa menuliskan kisah ini di blog, karena setiap kali ingin menuliskan kisahnya, air mata saya sudah terlebih dahulu mengalir, mendahului tangan saya sehingga sulit untuk merangkai kata, meskipun hanya satu kalimat, dan membuat semua ide yang ada di kepala menguap entah kemana. Kisah perjalanan menuju kampung damai Gontor oleh anak kedua saya benar-benar menjadi sebuah pengalaman yang luar biasa bagi kami.

Melepas dia menuntut ilmu di pondok pesantren di masa pandemi, merupakan keputusan yang cukup membuat kami banyak menekan semua rasa dan berusaha untuk tetap tegar di hadapan ananda. Kami berusaha menunjukkan ketegaran dalam mendampinginya berjuang melewati semua proses ujian masuk pondok modern Darussalam Gontor. 

Semua Berawal dari Sini

Saat kak Nizar naik kelas empat dia mulai memiliki banyak kegiatan di luar sekolah. Ketika diadakan seleksi kegiatan polisi cilik oleh Polres Kudus, dia terpilih menjadi salah satu anggota setelah melewati serangkaian seleksi ketat yang di lakukan oleh Polres dan pelatih Polisi Cilik  tingkat nasional. Dia sangat bangga, karena bisa mengikuti jejak sang Kakak yang juga terpilih sebagai anggota Polisi Cilik di tahun sebelumnya.

Dengan rasa bahagia dan penuh semangat dia mengikuti jadwal latihan yang padat dari pagi hingga malam, bahkan sampai tengah malam. Semua itu dia lakukan dengan senang hati. Beberapa kali tampil melakukan peragaan baris-berbaris dalam berbagai acara penting di Kabupaten. Tentu saja peragaan itu memberikan banyak nilai lebih bagi perkembangan psikologi Kak Nizar. Dia menjadi anak yang pemberani, percaya diri, mandiri dan tangguh.

Puncak dari keikutsertaannya di kegiatan Polisi Cilik ini adalah, terpilihnya dia bersama 24 temannya dalam satu tim mewakili Polda Jawa Tengah untuk tampil di Istora Senaya dalam rangka HUT Bayangkara ke-72. Betapa bahagianya dia, saat namanya terpilih. Berangkat bersama 24 temannya, menjalani masa karantina selama 11 hari di SEPOLWAN ( Sekolah Polisi Wanita ) di Lebak Bulus Jakarta Selatan.

Menjalani karantina bersama tim Polisi Cilik dari Polda Papua Barat, Polda Jawa Barat, Polda Metro Jaya dan Korlantas Polri, dengan jadwal latihan yang padat, untuk tampil maksimal di acara tersebut. Kak Nizar benar-benar membuktikan dirinya mampu dan profesional dalam menjalani kegiatan Polisi Cilik ini.

Kegiatan ini berlangsung selama hampir dua tahun. Baru setelah dia naik kelas enam, Kak Nizar mengundurkan diri karena sudah harus fokus ujian akhir sekolah. Selain kegiatan Polisi Cilik ini, dia juga aktif di pramuka. Dua kali mengikuti kemah yang di selenggarakan di luar kota bersama gugus depan sekolahnya. Kemah pertama adalah Gladian Pinru di Kota Slawi dan kemah nasional JSIT di Cibubur.

Kak Nizar yang aktif memang sangat menyukai kegiatan lapangan seperti ini. Dia juga jago bermain sepatu roda, rubik dan juga bersepeda. Meskipun badannya kecil tetapi semangatnya luar biasa. Nah, dari semua kegiatan yang dia ikuti inilah semua kisah perjalanannya ini di mulai. Video peragaan Polisi Cilik saat HUT Bhayangkara ke-72 di Istora Senyan dapat di lihat di chanel Youtube, dengan ketik kata kunci Polisi Cilik Nusantara HUT Bhayangkara ke-72

Awal Memilih Pondok Pesantren

Sejak awal kelas lima, kami sudah mulai menyiapkan ananda untuk memikirkan ke mana akan melanjutkan sekolah setelah lulus sekolah dasar. Kakak pertamanya memilih untuk masuk ke Sekolah Menengah Islam Terpadu Boarding tahfidz yang ada di Kudus. Sementara Kak Nizar ingin mondok di pondok pesantren non tahfidz, karena dia merasa kemampuan hafalannya yang masih kurang. Kami pun menghargai pilihan dan keputusannya itu, karena kami menyadari setiap anak mempunyai kemampuan dan minat yang berbeda-beda.

Setelah melalui banyak diskusi dan bertukar pikiran serta mendengarkan apa yang menjadi keinginannya tentang pondok yang ingin dia pilih nanti, akhirnya tercetuslah nama pondok Gontor sebagai pilihan. Alhamdulillah, tanpa kami sangka ternyata dia menyetujui usulan kami. Maka pada saat liburan semester satu, kami mengajak ananda mengunjungi pondok Gontor. Kamipun berangkat menuju Ponorogo kampus pusat pondok Gontor.

Foto : Dokumentasi Pribadi

Di sana kami berkelliling hampir ke setiap sudut pondok, melihat dari dekat kegiatan para santri. Kebetulan saat kami berkunjung adalah hari jumat, jadwalnya santri libur. Dari kunjungan itu dia mulai suka dengan pondok Gontor. Kami melihat secara langsung kegiatan olah raga para santri, kegiatan seni, sampai kepada bangunan fisik pondok tidak luput dari perhatian kak Nizar.

Kami bahkan berbincang dengan salah satu teman anak pertama kami yang sudah terlebih dahulu menjadi santri di pondok tersebut. Saat kami berkunjung ke sana, dia sedang di mudif oleh orang tuanya yang kebetulan ayahnya adalah teman suami, sehingga kami banyak mendapatkan info dari beliau dan teman anak pertama kami itu.

Setelah pulang kembali ke Kudus, kami berusaha untuk terus memberikan motivasi kepada Kak Nizar agar dia menyakinan dan memantapkan hatinya untuk mondok di Gontor. Masih ada waktu satu setengah tahun, sebelum tiba waktunya pendaftaran pondok di buka, Kak Nizar dapat memanfaatkan waktu untuk memantapkan pilihannya.

Baca Juga : Jika Memilih Sekolah Di Pesantren 5 hal ini Harus Disiapkan

Ke Gontor Apa yang Kamu Cari?

Setelah melewati masa berpikir, berdoa memohon yang terbaik bagi ananda, akhirnya masa itu tiba, dimana kami harus segera menentukan pilihan ke mana kak Nizar akan melanjutkan sekolah setelah lulus sekolah dasar. Akhirnya, dengan mengucap bismillah, kami memilih pesantren Gontor sebagai tempat ananda untuk melanjutkan pendidikannya.

Kami memperbanyak lantunan doa ke hadirat Illahi Rabbi, merajutnya dengan kesungguhan, karena sebentar lagi akan melepas Kak Nizar menuju tempat sekolahnya yang baru. Melanjutkan mimpinya, meraih cita-cita dan harapannya. Tentu saja kami pun berharap dia bisa di terima di Pondok Gontor.

Kami jadi teringat dengan slogan yang tertulis di awal masuk Pondok Gontor, sebuah kalimat yang cukup menggetarkan hati. Ke Gontor Apa yang Kamu Cari? Begitulah bunyi dari kalimat itu. Tentunya akan banyak jawaban berbeda  yang akan di sampaikan oleh masing-masing individu. Tetapi bagi kami niat memondokkan anak ke Gontor adalah ingin menjadikan dia anak yang soleh, belajar ilmu dunia dan akhirat, serta menjadi generasi rabbani yang bermanfaat bagi ummat. 

Terlepas apapun itu alasannya, kami yakin, bahwa pondok Gontor insya Allah menjadi pilihan terbaik bagi ananda. Kami juga belum menanyakan langsung kepada Kak Nizar tentang pertanyaan ini. Semoga ada kesempatan menanyakannya ketika dia liburan nanti, sehingga kami akan tahu jawabannya.

Perjalanan Menuju Kampung Damai Gontor

Setelah naik kelas enam sekolah dasar dia mulai mengurangi kegiatan di luar sekolah, dan fokus belajar. Hingga tibalah di suatu masa, di pertengahan bulan Februari sebuah wabah yang disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Covid-19 merubah semua tatanan kehidupan termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolah. Puncaknya adalah pada bulan Maret, pemerintah memberikan keputusan untuk menghentikan kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah dan berganti dengan belajar daring.

Semua itu adalah pengalaman pertama dan membuat kami harus beradaptasi dengan semua perubahan yang ada. Termasuk proses pendaftaran masuk pondok pesantren Gontor. Karena pandemi, proses pendaftaran dilakukan secara online. Hingga tiba saatnya para calon pelajar Gontor mengikuti ujian masuk yang diadakan di kampus dua Gontor yang berada di ponorogo. Karena masa pandemi, maka orang tua tidak di izinkan untuk ikut mendampingi calon pelajar Gontor saat ujian masuk.

Sebagai gantinya, pihak pondok Gontor telah berkoordinasi dengan semua IKPM ( Ikatan Keluarga Pondok Modern ) Darussalam Gontor di seluruh Indonesia untuk membantu semua proses ujian masuk ini. Mulai dari mendampingi calon pelajar, saat berada di kampus dua menjalani karantina sebelum ujian, mendampingi saat pengumuman hingga mengantarkan mereka menuju ke kampus dimana mereka akan di terima nanti.

Kudus menjadi anggota IKPM Eks Karisidenan pati. Sungguh sebuah perjuangan yang luar biasa. Kami harus ikhlas melepas Kak Nizar berangkat sendiri bersama teman-teman seperjuangan dengan di dampingi IKPM menuju kampus dua untuk melaksanakan ujian. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan kami? Sedih tentu, khawatir pasti, beragam pikiran berkecamuk di benak kami membayangkan apa yang akan terjadi dengan ananda tanpa kami di sampingnya.

Foto : IKPM Semarang

Namun, kami kembali diingatkan tentang kondisi yang saat ini sedang kita hadapi, akhirnya dengan memantapkan hati, terus berdoa kepada Allah, memasrahkan semua kepada kehendak-Nya, kami berusaha tegar dan tenang saat berhadapan dengan Kak Nizar. Akhirnya tanggal 17 Juni menjadi hari paling bersejarah dalam kehidupan kami terutama Kak Nizar.

Kami mengantarkannya menuju base camp IKPM Kudus untuk melakukan perjalanan ke kampus dua Gontor, bersama teman-teman seperjuangannya, mereka akan menjalani karantina guna mengikuti ujian masuk. Berbagai rangkaian tes kesehatan sudah dilakukan sebagai syarat melakukan perjalanan ke luar kota dan masuk ke pondok. Serangkaian protokol kesehatan di jalankan dengan ketat. 

Tiga buah bus sudah siap mengantar para Mujahid untuk berjuang. Tidak ada  tetesan air mata ataupun isakan tangis yang mewarnai kepergiannya kala itu. Kami berusaha untuk tegar dan tidak menangis di hadapan Kak Nizar, agar dia berangkat dengan hati yang tenang dan yakin, bahwa kami akan senantiasa mendukungnya, mendoakannya dalam setiap langkahnya dan siap menjadi tempat curhat bagi setiap keluh kesahnya.

Alhamdulillah setelah melakukan perjalanan kurang lebih sembilan jam, sampailah rombongan di Kamups dua Madusari Ponorogo. Mereka segera menjalani karantina untuk mengikuti tes pada tanggal 18-23 Juni 2020. Selama masa tes hingga menunggu hasil pengumuman, kami tidak lepas dari berdoa. Dalam salat lima waktu, senantiasa melangitkan doa, semoga semua ihtiar  dan cita-cita, harapan Kak Nizar terwujud, bisa diterima di pondok Gontor.

Hingga akhirnya saat yang ditunggu-tunggu itu pun tiba, hari pengumuman penerimaan santri putra tanggal 27 Juni 2020. Alhamdulillah, nama Kak Nizar tercantum sebagai salah satu santri yang di terima di kampus 4 Banyuwangi. Rasa syukur, haru sekaligus bahagia bercampur menjadi satu. Kami bahkan tidak mampu berkata-kata saking bahagianya. Hanya kalimat hamdalah yang tanpa henti menghiasi bibir kami.

Kami mendapatkan informasi, bahwa malam setelah pengumuman, sehabis salat isya, rombongan akan berangkat menuju kampus 4 Darul Muttaqien di Banyuwangi. Saat Ustaz pendamping dari IKPM mengirimkan foto dan meminta doa kepada wali santri, buliran bening terus menetes dari mata ini. Kami hanya bisa mendoakan, semoga Allah memberikan kelancaran, keselamatan dan kemudahan selama perjalanan menuju ke sana.

Foto : Dokumentasi Pribadi

Ya Allah, sungguh rasa dalam dada kami begitu sesak, menyaksikan putra kami berjuang seorang diri untuk mewujudkan semua impian dan harapannya. Tetapi kami selalu bersyukur, bahwa dia dikelilingi oleh orang-orang yang baik, Ustaz pembimbing, teman-teman seperjuangan yang akan selalu memberikan motivasi dan saling menguatkan satu sama lain. Sekarang di sanalah dia berada, di sebuah kota yang terletak di ujung timur pulau Jawa. Di sanalah separuh napas dan hati kami titipkan kepada-MU ya Allah, jaga dan lindungilah dia selalu dalam setiap langkahnya.

Kota Banyuwangi, menjadi sebuah tempat dimana akan menjadi saksi dalam perjuangannya, berjihad menuntut ilmu di pondok Modern Gontor 4 Darul Muttaqien. Belajarlah dengan tekun dan bersungguh-sungguh, Anakku. Wujudkan semua impian dan cita-citamu seperti yang engkau tulis dalam buku kenangan sekolah. Jadilah generasi Rabbani yang berakhlakul karimah, cerdas, tangguh dan bermanfaat bagi ummat, sehingga kelak engkau akan mampu mengguncang dunia dengan ilmu dan keimananmu.

Salam hangat

Ulfah Wahyu

You Might Also Like

30 komentar

  1. Semoga ananda betah di sana ya..sehat dan bisa menuntut ilmu dengan lancar, lulus membawa ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat

    BalasHapus
  2. Yuni merasa terharu dengan kisah perjalanan Kak Nizar. Selamat belajar Kak Nizar. Semoga segala harap dan pinta terkabul. Aamiin Ya Rabb..

    BalasHapus
  3. MasyaAllah saya mau nangis membacanya. Semoga ananda menjadi anak solih, muslih, berkontribusi untuk umat.

    Saya suka kagum, kalau dulu lewat depan kampus 2 pagi-pagi dan lihat santri bergerombol belajar sebelum ujian. MasyaAllah, adem lihatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, makasih doanya mbak. Iya saya selalu menangis duluan mbak sebelum berkata2.

      Hapus
  4. salut untuk orang tua dan putra-putrinya yang sekolah di pondok pesantren. Krn butuh orangtua yang kuat dan anak yang ikhlas atas kemauan sendiri utk hidup nyantri... Pengen banget seperti ini. Selamat ya mbak Ulfa dan kak Nizar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin,mohon doanya mbak swmoga selalu istiqomah Kak Nizarnya.

      Hapus
  5. Salut dan bangga sama Kak Nizar yang berjuang meraih impiannya. Juga untuk mama Ulfa dan.keluarga besar yang dengan legowo mengizinkan Ananda berada jauh dari pelukan untuk mewujudkan cita dan cintanya. Semoga kalian semua diberkati dengan kesehatan, kekuatan, dan dilindungi oleh Tuhan semesta alam. Amin amin

    BalasHapus
  6. Pintarnya Kak Nizar, semoga Allah selalu melindungi dan membantu dia mencapai cita2'y ya Mba. Mama'y harus ikhlas dan bahagia juga supaya Kak Nizar juga happy..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, alhamdulillah terima kasih doa dan suportnya mbak.

      Hapus
  7. Masyaalloh Tabarokalloh....
    Tertegun di tengah cerita, membayangkan pula kelak jika anak saya pun mondok seperti Kak Nizar. Semoga dilancarkan dalam menuntut ilmu dan insyaallah menjadi anak yang shaleh kebanggaan orang tua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, makasih doanya mbak, doa yang sama kelak buat ananda ya.

      Hapus
  8. Kebayanglah betapa harunya setiap mengingat ini, ya. Wajar kalau sering enggak sanggup menulisnya. Semoga Ananda tetap semangat belajar di sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, selalu nyesek duluan rasanya. Aamiin, terima kasih doanya, semoga diijabah oleh Allah.

      Hapus
  9. Saya doakan semoga ananda selalu sukses ya Bun, luar biasa ceritanya. Sebagai orang tua dan anak yang begitu mantap dari awal untuk mondok, pastinya sudah memiliki keikhlasan luar biasa melepas ananda menuntut ilmu di rantau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamin mbak, terima kasih doanya semoga diijabah oleh Allah.

      Hapus
  10. Saya tahu banget bun bagaimana rasanya, ada rasa sedih dan juga bahagia. Sedih karena untuk sementara waktu harus terpisah dengan anak sedangkan bahagianya karena anak berjuang untuk mendapatkan masa depan yang gemilang. Semoga ananda sukses ya bun...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bund, hanya doa dan semangat yang bisa kita lantunkan untuk ananda, aamiin makasih doanya.

      Hapus
  11. Pasti baper ya Mbak melepas anak kesayangan ke pondok untuk belajar. Masyaallah anaknya juga aktif bgt. Semoga berguna untuk nusa dan bangsa 😊

    BalasHapus
  12. Selamat belajar Kak Nizar. Selama di sana, semoga tumbuh menjadi anak yang soleh, cerdas, dan mandiri. Semoga tetap hormat pada orangtua dan menjadi seseorang yang berguna buat sesamanya ya.

    BalasHapus
  13. Mbak Ulfah, akhirnya bisa menuliskan kisah melepas kak naizar belajar di pesantren dengan baik. aku tahu ga mudah, meskipun belum pernah merasakannya..melepas anak belajar ke pesantren, smeoga Allah ridho dan mudahkan ananda berdua ya mbak..tetap semangat dan berdoa untuk kebaikan merekaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin yaa Rabbal'aalamiin, terima kasih semua doanya mbak, semoga diijabah oleh Allah SWT.

      Hapus
  14. Masya Allah mba, aku cuma bisa bayangin beratnya. Tapi tampaknya anak mba memang sudah bertekad ya. Semoga pelatihan dan pembelajarannya sesuai seperti yang diharapkan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin mbak, semoga bisa istiqomah sampai akhir dalam menuntut ilmu.

      Hapus
  15. Masya Allah, mrembes mba aku bacanya. Utamanya bukan hanya soal keikhlasan ibu dalam melepas anaknya untuk menuntut ilmu belajar di ponpes. Tapi lebih pola asuhnya yg luar biasa dan tepat jadi panutan emak-emak, aku berasa reminder banget banget nih jadi ortu, semoga bisa ikut meneladani ya mba. Masya Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tabarakallah, aamiin kita sama-sama belajar ya mbak.

      Hapus