Review Buku Totto Chan ( Gadis Cilik Di Jendela )

Januari 21, 2020



Judul Buku            : Totto Chan ( Gadis Cilik Di Jendela )
Pengarang             : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tebal Halaman         : 272 halaman
Tahun Terbit          : April 2008
ISBN                  : 978-979-2-3655-2

Saya membaca buku ini sudah cukup lama. Tetapi, karena ceritanya sangat menarik dan inspiratif, saya tidak pernah bosan untuk membacanya ulang. Ini adalah sebuah kisah nyata tentang masa kecil penulis, Tetsuko Kuroyanagi, seorang penulis Jepang. Cerita ini merupakan perjalanan penulis dalam melewati masa pendidikannya di sekolah dasar. Saat saya masih menjadi guru di taman kanak-kanak 11 tahun yang lalu, buku ini menjadi salah satu buku yang direkomendasikan oleh pihak sekolah untuk menjadi bacaan setiap guru. 

Begitu membacanya, saya langsung tertarik dengan ceritanya yang berisi tentang menghargai anak sesuai dengan minat dan bakatnya. Buku ini dibagi per judul. Tiap judul cerita, berkisah tentang hal berbeda. Buku ini ditulis oleh Tetsuko untuk mengenang kepala sekolah tempat dia sekolah dulu di Tomoe Gakuen, Sosaku Kobayashi. Seorang pendidik, yang mampu membuat Tetsuko kecil, tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan mengenali dirinya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, karena sistem pendidikan yang diterapkan oleh Pak Sosaku Kobayashi ini.

Membaca buku ini, memberikan banyak pelajaran bagi saya pribadi, tentang bagaimana menerima anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. Jadi tidak hanya sekedar melihat kemampuan anak dari sisi akademik saja. Setiap anak adalah pandai. Mereka mempunyai kepandaian majemuk yang berbeda-beda. Orang tua dan pendidik di sekolah, harus mampu melihat dan menghargai anak sesuai dengan kepandaian majemuk yang mereka milik. Dengan demikian, maka orang tua dan pendidik akan dapat membantu anak untuk lebih berkembang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Sinopsis Buku.

Buku ini berkisah tentang masa kecil penulis, saat menempuh pendidikan di sekolah dasar. Judul Totto Chan diambil dari nama kecil sang penulis. Totto Chan kecil dikeluarkan dari sekolah saat duduk di kelas satu. Guru di sekolahnya yang lama, menganggap Totto Chan adalah anak yang nakal. Selalu melakukan hal yang membuat kacau kelas. Beruntung dia memiliki orang tua yang sangat memahami karakter anaknya, dan penuh kasih sayang, serta senantiasa memberikan motivasi positif bagi Totto Chan.

Akhirnya Totto Chan pindah sekolah. Di sinilah semua kisah itu dimulai. Sekolah yang bernama Tomoe Gakuen ini adalah sekolah yang menerapkan kepandaian majemuk dalam mendidik murid-muridnya. Di sekolah inilah, Totto Chan bertemu dengan Pak Sosaku Kobayashi, yang tak lain adalah kepala sekolah di Tomoe Gakuen. Di sekolah ini, para guru mendidik anak dengan cinta dan kasih sayang. Mereka benar-benar menghargai kelebihan yang dimiliki setiap anak. 

Pak Sosaku Kobayashi menganggap, semua anak adalah cerdas dan baik. Mereka mempunyai kelebihan yang berbeda-beda. Di Tomoe Gakuen, setiap anak mendapatkan perlakuan yang sama, mereka belajar dan berkembang sesuai dengan minat dan karakter masing-masing. Totto Chan termasuk salah satu anak yang termotivasi dengan sistem yang diterapkan di sekolah ini.

Di Tomoe Gakuen, anak-anak belajar di dalam kelas yang berasal dari gerbong kereta api bekas. Hal itu membuat anak-anak sangat senang. Di sekolah ini, setiap anak boleh memulai pelajaran dengan hal yang mereka suka, jadi tidak harus sama. Sosaku Kobayashi, adalah sosok pendidik yang menyenangkan dan memahami setiap karakter anak. Totto Chan merasa senang dan selalu semangat, karena Pak Sosaku Kobayashi ini selalu memberikan motivasi dengan kalimat-kalimat positif terhadap dirinya. 

Namun, kisah ini harus berakhir tragis, cerita nyata ini, terjadi saat negara Jepang mengalami perang. Sekolah Tomoe Gakuen harus menjadi korban ledakan bom atom yang dijatuhkan oleh tentara sekutu, tahun 1945.  Namun, kenangan tentang sekolah itu, tetap tersimpan rapi dalam memori  indah sang penulis.




Saya bahkan terharu saat membaca halaman 248 di dalam buku ini.


Totto Chan berbaring di dalam kereta pengungsi yang penuh sesak, terhimpit di antara orang-orang dewasa. Kereta bergerak menuju timur laut, ketika dia memandang  keluar jendela  kegelapan di luar, dia ingat kata - kata perpisahan yang diucapkan kepala sekolah, "kita akan bertemu lagi" dan kata-kata yang selalu diucapkan kepadanya, "kau anak yang benar-benar baik, kau tahu itu kan" Dia tidak ingin melupakan kata-kata itu. Sambil merasa yakin dia akan segera bertemu lagi dengan Mr Kobayashi. Totto Chan akhirnya tertidur.
Kereta merayap dalam gelap, membawa para penumpang yang diliputi kecemasan

Kelebihan Buku

Buku ini memiliki cover yang menarik. Dengan warna dasar putih, bergambar seorang gadis cilik. Pemilihan cover yang tebal, membuat buku ini lebih awet. Selain itu, cerita yang disampaikan sangat menarik. Bahasanya ringan dan mudah dipahami. Sangat cocok dibaca oleh anak-anak sampai orang dewasa. Membaca buku ini, kita akan diajak mengenal negara Jepang pada masa sebelum perang dunia kedua, dengan semua keindahan alamnya, dan juga mengenal lebih dekat tentang pendidikan di Jepang. 

Kekurangan buku

Bagi saya, hanya ada satu kekurangan dalam buku ini, yaitu minimnya ilustrasi. Ilustrasi yang tergambar kurang mewakili cerita. Bahkan di sini tidak ada gambar gerbong kereta bekas yang menjadi kelas totto Chan. Padahal jujur, saya penasaran dengan bentuk gerbong kereta api tersebut, karena gerbong kereta api itu menjadi salah satu kenangan terindah bagi totto Chan setelah dewasa.

Di akhir buku ini, pada bagian epilog, diceritakan tentang kawan-kawan Totto Chan setelah mereka dewasa. Mereka rata-rata memiliki kehidupan yang bahagia, bersama pasangan hidupnya. Anak-anak Tomoe Gakuen, tumbuh menjadi anak yang percaya diri, menekuni dunia dan hal yang mereka sukai. Selain itu mereka juga sukses dengan karir dan rumah tangga masing-masing. Nah Bunda, bagaimana, tertarik membaca buku ini? langsung cuz aja ke toko buku kesayangan. 

Salam hangat

Ulfah Wahyu







You Might Also Like

22 komentar

  1. Pernah baca sekilas buku ini, tetapi karena bukan milik sendiri jadi bacanya nggak tuntas. Saya sangat tertarik, semoga suatu waktu yang bisa memilikinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga mbak. Buku ini sangat recommended banget.

      Hapus
  2. Baca judulnya sepertinya buku lama. Ternyata terbitan 2008 ya. Menarik kisahnya. apalagi dikisahkan zaman perang. Banyak plot-plot haru sepertinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku lama mbak, tetapi selalu cetak ulang, karena bagus. Cocok di baca oleh semua kalangan.

      Hapus
  3. Pernah baca ulasan buku ini beberapa kali dan rasanya emang bener banget apanyg ditulis di dalamnya ya mba. Semua anak itu pandai. Noted!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, semua anak pandai dan memiliki kelebihan maaing-masing.

      Hapus
  4. Yuni udah lama juga kenal buku ini. Tapi sayangnya, yuni selalu lihat buku itu dari covernya. Dan memang covernya kurang menarik menurut yuni. Padahal sepertinya cerita ini keren. Ah yuni mah apa atuh. Disuruh nulis juga masih belum bisa top udah menjudge karya orang lain.

    *tepokjidat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurut saya sih covernya menarik Mbak Yuni, heheh. Khas anak-anak banget. Apalagi setelah baca ceritanya. Jadi membayangkan totto Chan kecil kayak gitu.

      Hapus
  5. Mba buku ini memang bagus banget. Salah satu buku favoritku jaman masih sekolah dulu. Buku yang juga menginspirasi aku ingin jadi guru dulunya walaupun belum kesampaian sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, sangat menginspirasi sekali. Saya aja tak ulang-ulang bacanya.

      Hapus
  6. Toto Chan selalu di hati. Senang banget kalau kita memiliki guru sebaik Pak Kobayashi yang mampu meyakinkan kalau diri ini baik adanya. Sebagai Ibu, saya belajar dari Pak Kobayashi bagi anak-anak. Dan, butuh perjuangan ternyata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang butuh perjuangan Mbak. Tetapi, kita harus terus berusaha ya Mbak sri. Semua anak pandai dan memiliki kelebihan masing-masing.

      Hapus
  7. Jadi pengen baca bukunya juga deh. Karena emang harusnya mendidik anak anak kudu disesuaikan dengan potensi anak

    BalasHapus
  8. Toto chan! Tokoh dalam satu buku terkadang bisa mempengaruhi pembacanya untuk menjadi seperti dia. Barangkali dulu kakak saya suka membelikan buku lima sekawan adalah supaya kami berlima rukun saling membantu, kreatif dan pantang menyerah. Penggambaran yang detil terkadang lebih melekat kuat dibanding ilustrasi, loh mbak. Tapi penasaran juga ya seperti apa sebenarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik sekali Mbak buku ini. Bisa memberikan inspirasi bagi orang tua dan guru dalam mendidik anak, sesuai kepandaian yang mereka miliki.

      Hapus
  9. Wah, buku yang bagus! Mewakili pemikiranku sebagai orangtua. Di dunia ini setiap anak mempunyai kelebihan. Kalau tidak ada, barangkali orangtua atau guru yang tidak peka melihat kelebihan tersebut. Buku ini sudah pernah Mbak baca sejak 11 tahun lalu? Memang ada seri yang berbeda-beda atau cetak ulang terus, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cetak ulang terus Mbak, sampai berkali-kali saking bagusnya dan recomended buat di baca ortu dan para pendidik.

      Hapus
  10. saya menahan napas membaca ulasan ini & terharu bila bicara masalah anak. Buku ini wajib d8baca para guru, saya selalu mencari sek9lah buat anak2 yg gurunya seperti Pak Mobayasi. Karena saya irt bekerja yg berangkat kerja pagi2 sekali & pulang sdh gelap.

    Saya butuh guru yg bisa menjadi pengganti saat anak2 di sekolah,
    & saya dpt setiap waktu dpt berkomunikasi dg para guru. alhamdulillah saya dptkan sekolah tersebut, anak2 bebas curhat dg para guru & sayapun tenang bekerja s4lama anak2 disekolah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mbak. Sekolah adalah rumah kedua bagi anak, jadi harus membuat mereka nyaman dan betah. Salah satu unsur yang mendukung itu adalah tenaga pendidik yang mendidik dengan cinta.

      Hapus
  11. Saya punya bukunya, dan ini jadi salah satu buku favorit di rumah. Suami dan anak-anak juga berulangkali membacanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama kita ya Mbak. Anak-anak juga suka. Bagus sekali ceritanya.

      Hapus